Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

pulang ke rumah

Rumah? Sebenernya apasih yang bisa disebut rumah itu. Bangunan beratap dengan kasur bantal dan guling di dalamnya? Atau apa? Sebenernya apa yang bisa dan layak aku sebut sebagai rumah? Kriteria apa yang memenuhi untuk kemudian bisa disebut rumah. Dan ketika aku bilang, “I wanna go home,” sebenernya ‘home’ seperti apa yang ingin aku tuju? Walaupun aku masih belum mampu menjawab pertanyaan yang aku ajukan sendiri, aku rasa tidak semua tempat bisa disebut rumah, dan tidak semua tempat akan terasa seperti rumah. Dan aku pikir, kalian juga setuju. Masafin bilang, aku selalu susah buat diajak kumpul, merapat menuju keramaian dan gelak tawa. Masafin bilang aku ngga pernah berubah. Selalu aja bermasalah setiap ada kumpul-kumpul. Dia bilang aku selalu malas bersosialisasi, aku tidak mau hidup di luar duniaku, aku tidak mau berinteraksi selain dengan duniaku. Aku juga tidak tahu. Tidak tahu mungkin memang bukan jawaban yang diinginkan ketika ada pertanyaan. Tapi sejauh ini, a...

mungkin lebih ke....hati?

empati? simpati? tiba-tiba ingin sekedar membagi apa yang mengusik pikiran. yang rasanya menusuk-nusuk dan membuat otak seketika memberi perintah untuk mengeluarkan air mata lewat kelopak mata indah ciptaan Allah ini. sepertinya aku dulu pernah bercerita lewat tulisanku di blog ini sebelum ini, tentang bagaimana aku tidak mampu menahan perasaan penuh kesakitan saat melihat betapa apa yang terjadi di dunia ini terlalu tidak adil, terlalu tidak sesuai pada tempatnya. dan betapa rasa sakit itu bertambah ketika aku bahkan belum mampu melakukan apapun untuk mungkin setidaknya mengubah keadaan, memperbaiki keadaan, menempatkan apa yang seharusnya ada pada tempatnya. di depan gerbang utara fakultasku, setiap pagi, selalu setiap pagi, dan memang sejak pagi bahkan ketika jalanan masih sepi dan belum banyak mahasiswa yang berkeliaran di area kampus, aku melihat kakek itu duduk di pinggir jalan. selalu di saat yang sama, tempat yang sama, dan dengan pakaian yang selalu sama. ...

ketika aku bilang aku cinta tapi tanpa alasan

sebenernya sudah lama aku pengen cerita ini. sebuah cerita yang sebenernya bakal sulit banget buat diceritakan lewat lisan dan akan lebih sulit lewat tulisan. tapi aku sedang ingin bercerita, dan setelah sekian lama aku cuma bisa bicara sama pikiran di kepalaku sendiri, akhirnya aku ngga punya kuasa buat nahannya. ini adalah sebuah cerita tentang bagaimana aku jatuh cinta sama IKPMJ. sebuah cerita tentang bagaimana aku jatuh cinta sama Asrama Putra Jember. dan semuanya terjadi begitu saja, seperti helai-helai ilalang yang terbang terbawa hembusan angin, aku jatuh cinta dan aku tidak punya daya upaya untuk menolaknya. aku cuma pingin kalian semua, baik yang secara tidak sengaja membaca blog milik orang tidak berguna ini, atau yang memang dengan kesadaran penuh menjadi pembaca setia (hehe), supaya kalian tau bahwa aku besyukur aku ada di Jogja dengan segala keistimewaannya, bahwa aku bangga menjadi bagian dari Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Jember di Yogyakarta, bahwa aku...

rasanya seperti dikhianati

pernah? bangun tidur dengan perasaan hampa, kosong, linglung butuh pegangan dan yang pingin kamu lakuin cuma ketemu sama seseorang, atau setidaknya mendengar suaranya, menyemangatimu, mungkin? jadi apa pernah? kalau aku, sering. sering bangun tidur dengan perasaan seperti itu, dan tidak ada yang ingin dilakukan selain tetap tinggal di tempat tidur, masa bodoh dengan kelas pagi. perasaan itu, rasa sakitnya nyata. aku bingung harus menceritakannya dari sisi mana terlebih dahulu. berusaha buat ngga dirasakan dan tetep menjalani aktivitas seperti biasa itu ya rasanya penuh kebohongan. mau sampai kapan pura-pura bahagia? bahkan ketika aku ingin bercerita ujungnya selalu seperti ini, mengeluh mengeluh mengeluh terus saja mengeluh sampai manusia bisa tinggal di planet pluto. aku cuma......... merasa ngga dihargai. itu aja. akan banyak hal. bahkan dari sisi hal yang tidak bisa aku ceritakan disini. terlalu sensitif, terlalu mengganggu privasi dan aku terlalu t...

biarkan ditiup angin

Kemaren baru kelar gathering IKPMJ 2015 di Asrama Putra Jember. Bertemu wajah-wajah baru, nama-nama baru, wajah lama yang baru, dan wajah lama yang akan terasa selalu baru. Klise ketika aku bilang waktu telah berlari dengan sangat cepat bahkan tanpa disadari. Tidak terasa seperti udara yang sedang kamu hirup saat ini. Tiba-tiba saja sekarang kamu sudah berumur 19 tetap dengan ketidaktahuan dan kepolosan yang walau agak sedikit kontam oleh lingkungan sekitarmu. Tiba-tiba saja sudah satu tahun berlalu dan kamu bukan lagi seorang mahasiswa baru yang dipenuhi dengan euforia menggebu-gebu saat pertama kali memakai jas almamater kampus idamanmu.  Waktu terus berlalu. Tapi aku berharap kamu dan semua yang ada di sekitarku ada selalu sama. Pernah, bangun pagi ngerasa ngga pingin bangun dan tetep tidur, tetep hangat di bawah selimut, tetep di atas nikmatnya kelembutan kasur. Penyakit bangun pagi, kebanyakan seperti itu. Mager, begitu sebutan kerennya. Dan hari ini aku sep...

for the better world

“tau mbah-mbah yang jual gudeg di pinggir jalan kalo mau ke asrama nggak?” “iya tau” “bukan yang arah ke ringroad itu, arah sebaliknya. Yang deket apotik gejayan itu” “iya tau. Kenapa?” “aku kasian kalo liat” “lah, kasian kenapa?” “iya, yang beli cuma dikit” “lah kan namanya juga jualan kan” “iya tapi ibu-ibu di seberangnya pembelinya banyak” “ya salah siapa mbahnya jualannya di sebelah situ kan” “ya tapi ndak tega aja gitu liatnya. Biasanya kan kalo orang jual gudeg gitu jam 10-11an udah nutup kan soalnya dagangannya abis. Lah itu mbahnya kalo tak perhatiin ben aku ke asrama, jam 1-an itu masih tetep jualan. Kan kasian” “lah kamu sendiri kok ndak beli?” “ndak berani..” Kadang suka nggak suka setiap liat kejadian semacam ini. Ketika kehidupan orang di sekitarmu rasanya udah kaya bumi dan langit. Ada yang tiap beli sepatu langsung bayar cash, padahal ada temennya yang cuma bisa ngeliatin doang. Atau ada yang sampe nyari makanan di tempat sampah, padahal ada ...

anak kecil yang menangis karena ingin diberi permen

Kadang aku suka capek. Suka lelah. Suka penat. Sama diriku sendiri. Kadang juga aku suka kecewa sama diriku sendiri. Karena aku tau aku ini mengecewakan, tapi aku masih suka berlari untuk mencari pembenaran. Pembenaran atas semua hal yang sudah aku kecewakan. Suka bilang "aku pengen sendiri", tapi bahkan aku tidak pernah suka dengan kesendirian itu sendiri. Suka bilang "kita jalan kaki kesana yuk!", karena lagi penat dan banyak pikiran walaupun kebanyakan mereka yang diajak selalu menolak dan bilang, "mau ngapain? Capek. Kamu kaya kurang kerjaan aja". Suka sengaja hilang, sengaja lari. Cuma untuk tau apakah akan ada yang peduli dan merelakan waktunya untuk pergi mencari. Suka diam setiap ada sesuatu, sampai ada yang duduk di sampingku dan bertanya, "kamu ada apa? Ayo cerita". Mereka bilang cara berjalanku selalu lambat dan terkesan tidak niat. Dan aku selalu mengelak dan berbohong bahwa aku suka mengamati sekitar. Mungkin tidak sepenuh...