Skip to main content

ketika aku bilang aku cinta tapi tanpa alasan

sebenernya sudah lama aku pengen cerita ini. sebuah cerita yang sebenernya bakal sulit banget buat diceritakan lewat lisan dan akan lebih sulit lewat tulisan. tapi aku sedang ingin bercerita, dan setelah sekian lama aku cuma bisa bicara sama pikiran di kepalaku sendiri, akhirnya aku ngga punya kuasa buat nahannya.




ini adalah sebuah cerita tentang bagaimana aku jatuh cinta sama IKPMJ. sebuah cerita tentang bagaimana aku jatuh cinta sama Asrama Putra Jember. dan semuanya terjadi begitu saja, seperti helai-helai ilalang yang terbang terbawa hembusan angin, aku jatuh cinta dan aku tidak punya daya upaya untuk menolaknya.

aku cuma pingin kalian semua, baik yang secara tidak sengaja membaca blog milik orang tidak berguna ini, atau yang memang dengan kesadaran penuh menjadi pembaca setia (hehe), supaya kalian tau bahwa aku besyukur aku ada di Jogja dengan segala keistimewaannya, bahwa aku bangga menjadi bagian dari Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Jember di Yogyakarta, bahwa aku dengan sangat sangat bangga bisa mendapatkan rumah keduaku, Asrama Putra Jember.







setelah satu tahun nyaris berlalu, mungkin kira-kira begini awal mulanya...

siang itu matahari begitu terik saat aku duduk di boulevard Universitas Gadjah Mada menunggu Gangsar datang menjemput. aku ngga tau Gangsar orangnya yang mana. di Jember kita beda sekolah. aku belum pernah bertemu langsung dan selama ini hanya sekedar chatting di dunia maya dalam lingkup grup "IKPMJ 2014". saat itu aku sama gangsar sama-sama masih mahasiswa baru, dan kebetulan sama-sama diterima di universitas nasional tertua ini lewat jalur SNMPTN undangan. dengan gangsarlah kedua kalinya aku menginjakkan kaki di Asrama Putra Jember. kunjungan pertamaku sama Ayah sama Ibu, Adek, Ibunya Naili dan Naili, dan saat itu keadaan ruang tamu asrama hancur total, mungkin gara-gara semalam dipakai begadang nonton piala dunia.

waktu aku dateng ada mas-mas yang nonton running man yang episode ke Indonesia. aku ingat mereka mas Ibad dan sepertinya mas Safin juga. Gangsar masuk dan bilang, "kenalin mas, ini Nadia, anak Jember juga, angkatan 2014 sama kaya aku", terus Gangsar setia banget nemenin aku duduk di ruang tamu Asrama nonton Masha and The Bear. sebenernya nonton itu ya karena ngga ada lagi. dateng mas Adek nanya-nanya aku kuliah dimana dan lain-lain. ditanyain "di universitas apa?" "UGM mas" "jurusannya?" "mikrobiologi mas" "kalo prodinya?".....pro-pro-prodi? prodi sama jurusan beda? aku baru tau, maka dari itu aku cuma bisa njawab "kayanya sama deh mas hehe". 
saat itu aku ngga berani beranjak dari ruang tamu asrama. aku tetap diam disana, duduk nonton tivi dengan program acara yang tinggal jam-jam tayangan berita aja. aku kebelet pipis, tapi aku ngga berani ke kamar mandi, jadi aku tahan. aku belum solat ashar tapi aku ngga berani keluar dari kungkungan ruang tamu Asrama. jadi aku tetap disana. menonton tivi dalam diam. sampe akhirnya udah magrib dan..."sar, anter pulang ya, hehe".

semenjak hari itu mungkin boleh dibilang aku masih jarang ke Asrama. mungkin main kalo udah diajakin kumpul sama mas Mirza yang waktu itu menjabat jadi ketua IKPMJ. tapi lagi-lagi aku hanya sebatas sampai ruang tamu.





kemudian datanglah hari itu. aku mungkin kurang piknik dan IKPMJ ngajakin jalan-jalan ke pantai. inisiatif jalan jalan ini tiba-tiba datang gitu aja waktu selesai futsal. karena aku kurang piknik, aku ikut. kapan lagi aku bisa bebas pergi kemana aja tanpa harus well-ijin bikin seribu satu alasan sama ayah ibu kaya dulu waktu masih di Jember. dalam keadaan itu, aku hanya kenal Naili, Gangsar, Nando, sama Ucup. lainnya? aku bahkan ngga ada yang kenal mas-masnya. aku belum tau nama mereka, tapi mereka fasih banget nyebut-nyebut namaku waktu guyon dan semacamnya. kita masih asing tapi kenapa mereka begitu akrab?

pulang dari pantai sudah larut malam. asrama putri UGM sudah lewat jam malam, akhirnya aku menginap di Asrama Putra Jember, aku ngga bawa baju, aku tidur dimana, bla bla bla dan semua rengekan anak cewek ketika harus tidur di tempat yang dimana dia tidak ingin tidur disitu. dan dengan senang hati, mas-mas pemilik kamar mempersilahkan aku sama Naili buat nempati kamar mereka, mereka juga dengan sangat senang hati meminjamkan baju-bajunya supaya kami berdua bisa ganti baju. mungkin kesan takut yang aku buat waktu main kesini sama gangsar sudah berganti sepenuhnya dengan "mereka perhatian banget sih, padahal belum kenal".
paginya waktu pulang ke Asramaku, aku sama naili dianterin mas Kiki sama mas Firyal, waktu aku turun dari motor, mas Kiki ngajak aku tos dan bilang, "besok-besok main ke asrama Jember lagi ya, Nad!".




dan mungkin, sejak saat itu, aku sudah mulai jatuh cinta, tanpa sadar, sama Asrama ini, sama IKPMJ dan sama semua yang ada di dalamnya. aku mulai sering ikut kegiatan IKPMJ walaupun itu cuma sekedar futsalan, bulutangkisan, touring, rujakan, nonton patrol tampil atau sekedar duduk-duduk ngobrol santai. buatku itu seperti sudah keharusan. seperti ketika kamu makan gudeg maka pelengkap wajibnya adalah krecek. dan ketika gudeg itu tanpa krecek, rasanya kurang lengkap, aneh, dan buat aku itu ngga bisa disebut gudeg. dan seperti itulah Nadia tanpa main ke Asrama Jember. sepertinya telah terjalin ikatan imajiner yang begitu kuat antara aku dan asrama ini. entah siapa yang mengikatkannya, tapi aku merasa bersyukur aku terikat begitu kuat di dalam ikatan ini dan aku suka aku nyaman aku cinta. dan mungkin rasa cintaku ini begitu besar sampai sesibuk apapun aku, aku akan tetap menyediakan semua waktuku atau dengan sengaja mengkosongkan semua jadwal padatku untuk datang dan main ke asrama tetap merupakan kewajiban, tetap merupakan keharusan. sebuah kebiasaan yang aku ngga bisa lepas. seperti manusia yang harus selalu makan, seperti itulah aku dengan asrama ini. 







berbagai cara aku lakuin supaya Ayah sama Ibu percaya aku ngga ngapa-ngapain dan ngga diapa-apain disini hanya karena disini asrama putra. waktu ibu main ke Jogja, aku ajak ibu main ke asrama. supaya apa? supaya ibu tau aku ada di tempat yang bener dengan orang-orang yang bener dan aku disini dijaga sepenuh hati, jadi ibu ngga usah khawatir ngga usah mikir macem-macem setiap aku bilang aku lagi di Asrama.

bu, aku sudah punya superman yang selalu ngejagain aku kok, ibu tenang aja hehe.






buat aku, ketika kamu cinta akan sesuatu, ngga ada hal yang harus dikeluhkan, ngga perlulah disebut-sebut sebagai pengorbanan, karena ketika semuanya datangnya dari hati dan ya, aku ikhlas. seribu persen ikhlas kalaupun harus jalan kaki sendirian buat sekedar main-main ngga jelas di Asrama. sekedar pengen lihat muka mas Safin. atau sekedar pengen ada temen ngobrol. 

ketika kamu cinta akan sesuatu, kamu akan membuat sejuta cara seribu satu alasan supaya kamu punya kesempatan untuk mencapainya.

setiap aku nganggur aku main. aku sibuk aku tetap main. aku butuh teman aku main. aku sedang hepi aku main. aku banyak tugas aku main. aku sedih aku main. aku dan semua perasaan campur adukku, aku tetap main ke asrama. bahkan juga masih suka bikin seribu satu alasan supaya punya kesempatan main ke asrama.

kadang sempet mikir juga, aku terlalu sering main ke asrama. perasaan sungkan, ngga enak dan lain lain pasti ada dan aku ngerasain. sempet terpikir buat cari tempat pelarian lain, tapi aku harus kemana? aku sudah terlanjur merasa ini rumahku. ini tempatku. disinilah aku seharusnya berada.

buat aku ngga ada tempat yang lebih nyaman lebih hangat di Jogja, selain di Asrama Jember. tidak di kosku, tidak di kampus, tapi di Asrama. dan ngga ada yang bisa ngerubah itu. ketika bagian dari tubuh 70% adalah air, maka kamu harus tetap mensupply tubuhmu dengan air agar tetap hidup dan keberadaan air ngga bisa diganti dengan hal lain, dengan tanah, misalnya, tentu tidak bisa, kan. maka seperti itulah keadaan ku dengan asrama ini.

sebenernya apa yang ngebuat aku begitu cinta?
kekeluargaannya? kehangatannya? keakrabannya? kenyamanannya? apa lagi? semua. ada begitu banyak aspek tak terkatakan yang membuat aku begitu cintanya, begitu sayangnya. IKPMJ berbeda dari organisasi-organisasi lain diluar sana, dan itu yang makin membuatku lebih cinta.

aku harus bercerita dari sisi mana lagi, dari segi mana lagi, dengan cara apalagi supaya semua bisa paham semua bisa mengerti ikatan van der walls yang terbentuk antara aku dan asrama.


ada begitu banyak yang ngga bisa tersampaikan di tulisan ini, tapi
intinya adalah, seandainya kalian bisa merasakan apa yang aku rasakan, kalian juga pasti akan jatuh cinta, bukan sekedar setengah mati, tapi sepenuh hati.

Comments

Popular posts from this blog

そして、生きる

di pagi buta ini aku kembali membaca tulisan yang aku buat pada bulan Desember tahun 2014. dimana Rangga bilang, aku adalah anak yang gigih, karena selalu melakukan sesuatu yang disukai dengan 1000% usaha. Rangga adalah awal.  Pemilik Nirmala adalah proses.  dan aku akan menentukan akhirnya. Philip Dormer Stanhope, Earl of Chesterfield once said,   "It's important to have the ability to distinguish between impossible and possible..." melepaskan dan merelakan bukan berarti kegagalan. melepaskan dan merelakan juga bagian dari belajar. keberanian memang dibutuhkan untuk tetap bertahan. hanya orang-orang gigih dan penuh tekad yang mampu bertahan. tapi keberanian juga dibutuhkan ketika merelakan dan bergerak maju.  tidak mudah untuk memutuskan mengambil satu dua langkah ke depan dari tempat awal bertahan. terutama ketika ada begitu banyak perjuangan dan usaha yang dikerahkan untuk sampai di tempat itu. ada kalanya kita harus menyadari kapan waktunya untuk bertahan dan kap...

untuk Dany di surga

ini sudah hampir seminggu setelah kepergianmu... takkan selamanya, tanganku mendekapmu. takkan selamanya, raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang... lagu ini.. lagu yang dimainin pas Kirana kemaren. Waktu semuanya belum berubah. Waktu aku masih bisa ngeliat kamu ketawa. You’re gone too soon dan... Rest In Peace Dany Candra Kurniawan.  “Mas Dany kecelakaan mbak pulang dari Kirana kemaren. Meninggal.....” DANY? Kamu beneran udah meninggal? Aku nggak percaya. Aku nggak mau percaya. Bilang kalo mereka semua bohong soal kamu Dan! Bilang ke aku itu semua cuma bohong! Kamu masih sehat kan? Kamu besok masuk sekolah kan? Kirana kemaren kamu masih ngobrol sama aku. Kamu masih minta difoto sama aku. Kok secepet ini? Aku nggak percaya. Aku belum mau percaya. Tolong bilang kalo semua ini bohong... Nanti nggak ada yang bilang, “aku kan kereeeen” lagi di kelas. Nggak...

pulang ke rumah

Rumah? Sebenernya apasih yang bisa disebut rumah itu. Bangunan beratap dengan kasur bantal dan guling di dalamnya? Atau apa? Sebenernya apa yang bisa dan layak aku sebut sebagai rumah? Kriteria apa yang memenuhi untuk kemudian bisa disebut rumah. Dan ketika aku bilang, “I wanna go home,” sebenernya ‘home’ seperti apa yang ingin aku tuju? Walaupun aku masih belum mampu menjawab pertanyaan yang aku ajukan sendiri, aku rasa tidak semua tempat bisa disebut rumah, dan tidak semua tempat akan terasa seperti rumah. Dan aku pikir, kalian juga setuju. Masafin bilang, aku selalu susah buat diajak kumpul, merapat menuju keramaian dan gelak tawa. Masafin bilang aku ngga pernah berubah. Selalu aja bermasalah setiap ada kumpul-kumpul. Dia bilang aku selalu malas bersosialisasi, aku tidak mau hidup di luar duniaku, aku tidak mau berinteraksi selain dengan duniaku. Aku juga tidak tahu. Tidak tahu mungkin memang bukan jawaban yang diinginkan ketika ada pertanyaan. Tapi sejauh ini, a...