Skip to main content

miracle of music


Music lets us remember some memories in the past through some unknown ways. They could be bad or good memories. This is the reason why I love and hate music at the same time.



Aku selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya, kenapa bisa, dan kenapa musik selalu saja berhasil menuntun pendengarnya untuk kembali mengarungi ingatan di masa lalu. Jika orang bilang musik memiliki kekuatan dan keajaiban. Itu bukan mitos. Bukan legenda. Bukan cerita rakyat. Itu benar adanya. Karena begitu adanya, sama persis seperti yang sedang aku rasakan setiap aku mendengarkan musik-musik tertentu.

음악은 우리를 과거로 되돌릴 수 있는게 참 신기하지?

I started to love some musicians due to some particular reasons. And in this post, I’ll tell you what kind of reasons they are.

Boleh dibilang, pertama kali aku benar-benar merasakan betapa besar dan luasnya dunia ini adalah aku menginjak masa sekolah menengah pertama, kalau tidak salah itu sekitar tahun 2008 – 2009. Ada teman sekelasku, namanya Amalia. Dia penggila musik. Dari dialah pertama kali aku mengetahui ada teknologi bernama Dedicated Audio Player, sebuah kotak kecil seukuran kotak korek api yang bisa diisi berbagai macam musik, yah semacam iPod begitulah. Dari Amalia lah, aku mengenal Justin Bieber dengan My World-nya dan Taylor Swift dengan Fearless-nya. Saat itu, tiada hari tanpa Justin Bieber dan Taylor Swift. Hingga saat ini pun, jika lagu-lagu lawas Justin dan Taylor diputar, aku masih hafal di luar kepala. Dan seketika aku kembali ke masa-masa dimana setiap hari kami berkaraoke bersama di kelas saat jam kosong.

Aku tidak pernah secara official mengklaim diriku seorang Sheilagank, sebutan untuk fans Sheila on 7 atau Swinging Friends, sebutan fans dari Mocca. Tapi berteman dengan Fildzah membuatku harus mengakuinya secara resmi. Aku baru benar-benar bisa menonton konser Sheila on 7 secara live bersama dengan Sheilagank seluruh Indonesia lainnya selama 4 tahun berturut-turut ketika aku berkuliah di UGM, dan menurutku itu adalah sebuah prestasi.


Kemudian, ketika aku berada di tahun terakhir sekolah menengah pertama, aku mengenal seseorang dengan kecintaannya terhadap musik. Namanya Bagas. Dia seorang gitaris dari sebuah band ala-ala anak SMP yang dinamai SMILE. Entah sejak kapan aku mulai merasa nyaman dan begitu bahagia jika menghabiskan waktu dengannya. Olalala anak ingusan pertama kali mengenal cinta. Kami membuat sebuah ikatan konyol sebagai kakak beradik kala itu, dan itu berlangsung sampai sekolah menengah atas. Kami sering nongkrong bersama sepulang sekolah hingga hari menjelang sore. Membawakan gitarnya adalah kegiatan favoritku. Mendengarkannya bernyanyi sambil bermain gitar adalah hobiku. Berkat dia, aku completely falling in love with Secondhand Serenade, My Chemical Romance dan Linkin Park. 노래를 들었을 갑자기 목소리가 보고싶었더라 ㅋㅋ 특히 기타로 노래 때의 표현 ㅋㅋ

Hingga detik aku menulis ini, ketika lagu-lagu Secondhand Serenade diputar dan aku mendengar suara John Vesely bernyanyi selalu saja berhasil membawaku kembali ke lorong-lorong kelas tempatku tertawa-tertawa bersamanya. Atau kembali ke halaman belakang di sebelah kantin sekolah tempatnya menyanyikan lagu Secondhand Serenade ketika aku berulang tahun. Meskipun begitu lagu Taylor Swift yang berjudul Tearsdrop on My Guitar dan You Belong With Me adalah anthem utama, karena pada waktu itu Bagas sudah punya pacar dan I was just a merechild yang berpatokan pada hubungan kakak-adik yang konyol.

Meskipun telah tumbuh besar dengan lagu-lagu country Taylor Swift ketika SMP, tahun pertama sekolah menengah atas aku baru resmi menjadi seorang Swifties bersama dengan teman sekelasku, One dan Anin. Bernyanyi bersama selayaknya ketika SMP menyanyikan lagu Justin Bieber bersama Amalia. Dan pada saat yang bersamaan aku juga menjadi seorang Austronauts, sebutan untuk fans Simple Plan, karena Wildan mengenalkanku pada mereka.

Masa SMA adalah masa dimana aku mengenal "terkadang cinta itu tidak perlu memiliki". Kenapa. Karena hampir sebagian besar masa sekolah menengah atas aku habiskan untuk mengidolakan kakak kelasku, (yang bisa dibilang seorang superstar) yang 3 kali berturut-turut mendapatkan gelar best guitarist satu sekolah. Sebut saja Rangga Adriatmoko, nama panggung yang aku berikan untuknya. Dan dia tahu betul aku menamainya seperti itu. Percayalah, kamu bisa menemukan puluhan kali namanya aku sebut dalam blog ini. Percaya atau tidak hampir setiap hari aku meratap sambil mendengarkan lagu Superstar milik Taylor Swift, semata-mata untuk mengingatkan aku betapa aku menyukainya. Aku bahkan membeli miniatur gitar yang serupa persis dengan gitar listrik yang dimilikinya.


Aku ingat sekali, waktu itu, di Twitter, he recommended The Beginning, one of the best songs that One Ok Rock ever had, to his friend. “Just listen to their acoustic version then, I believe you’ll love that song”. Kemudian aku mencari siapa itu One Ok Rock dan The Beginning menjadi lagu pertama One Ok Rock yang aku dengarkan, yang untuk kemudian menjadikanku tergila-gila pada band rock asal Jepang itu.

Aku melihatnya memasang foto Yui Yoshioka sebagai header akun facebooknya. Ah siapa gerangan perempuan bergitar ini, kenapa sepertinya Rangga sangat menyukainya, pikirku saat itu. Dan berakhir dengan aku mendownload keenam albumnya sekaligus. Ah sebenarnya aku mendapatkan copy-an semua rekaman video Rangga dan band-nya, serta semua album Yui dari Rangga langsung. Tapi sayang sekali waktu itu laptopku (kenyataannya adalah laptop ayahku) rusak dan semua datanya hilang, yang mengakibatkan aku kehilangan semua album Yui dan semua rekaman video berharga itu. Ah, dan Babymetal. Band metal rock asal Jepang yang vokalisnya 3人可愛い子立. Aku bahkan mendengarkan Babymetal karena Rangga juga fans dari Babymetal. Rangga, your music taste is amazing just as your guitar skill. Selera musiknya memperluas jenis range musik untuk aku ketahui.


At that time, up until now, I’m really thankful, really-really thankful. Bisa berteman dengan seorang superstar sepertinya, main ke rumahnya, chatting dengannya, makan bersamanya, foto bersamanya adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Saat itu aku belum mengenal boyband asal Korea, karena untukku saat itu, Rangga Adriatmoko lebih menarik dari boyband manapun. Promise me, menyukai Rangga adalah sereal-realnya fangirling di dunia nyata.

Aku baru mengenal menariknya K-pop dari Gista ketika masa kuliah di tahun pertama. Setiap hari aku dicekoki lagu-lagu berbahasa korea dan ya, berakhirlah aku menjadi seorang k-poper. Tidak fanatik, tidak juga militant. Sekedar suka saja. Mr. Chu – Apink selalu mengingatkanku akan gerakan dance yang dilakukan Gista di kamar asramaku. Sebenarnya sewaktu SMA, teman-temen sekelasku juga fanatik K-pop. Tapi seperti yang aku jelaskan sebelumnya, menurutku pada saat itu, tidak ada yang lebih menarik daripada Rangga. Bahkan boyband sekelas EXO, GOT7, BTS kalah dari seorang Rangga Adriatmoko. Jadi aku tidak begitu mempedulikan dunia per-Kpop-an saat itu.

Kemudian, karena Mas Safin, orang pertama yang aku ketahui adalah seorang fanboy Girls Generation dan f(x) hahahahaha. Duniaku sempit sekali, mainku kurang jauh, karena Mas Safinlah aku baru benar-benar sadar, aaah, ternyata laki-laki pun juga bisa jadi K-poper. Dari Mas Safin lah aku kemudian setiap hari dipaksa untuk mendengarkan lagu-lagu Girls Generation, dari situlah kemudian aku bisa mengenali dan membedakan satu-per-satu membernya. Karena dulu, menurutku semuanya mukanya sama hahaha. Dari Girls Generation, kemudian merambah ke Running Man, Knowing Brothers, dan variety shows dan drama-drama lainnya. Aku mulai memahami dimana letak menariknya dan mengapa Hallyu Wave bisa mendunia. Dari dia pula lah, aku mengenal band asal Jepang yang bernama Scandal. Band yang seluruh personelnya perempuan. Aku mulai hafal dan jadi menyukai Scandal karena tentu saja Mas Safin lah penyebar virusnya. Dia seperti radio rusak yang setiap hari, secara terus menerus memutar lagu SNSD dan Scandal. Dan yang kalau menonton Running Man, suara tertawanya bisa terdengar ke seluruh penjuru asrama. Setiap kali aku mendengarkan lagu SNSD atau Scandal, ingatan tentang suara kencang dari speaker kamar Mas Safin, atau ingatan ketika aku melihat Mas Safin yang tertawa kencang hingga menggema ke seluruh sudut asrama selalu terngiang-ngiang kembali.

Baiklah kemudian secara resmi aku rutin memutar lagu-lagu GOT7 karena Arum, teman satu laboratorium di jurusanku. Dia terus menerus memutar lagu Miracle. Aku jadi bertanya-tanya lagu siapakah itu, dari boyband manakah itu. Awalnya hanya tiga empat lagu yang aku tahu, tapi lalu berakhirlah aku menjadi seorang Ahgase, fans dari GOT7. Boyband beranggotakan 7 orang freak bertalenta yang selalu ricuh. Member pertama yang aku kenali dari GOT7 adalah Jinyoung. Karena drama The Legend of The Blue Sea di tahun 2016. Tapi aku baru benar-benar mengenal GOT7 dari lagu Miracle. Ah, aku juga membeli album fisiknya hehehehe. Setiap aku memutar lagu Miracle – GOT7 dan Breathe – Lee Hi, suasana laboratorium selalu terbayang-bayang. Sampai begadang. Sampai menginap di green house. Sungguh teramat efforts dan hardships untuk bisa segera lulus kuliah. Benar-benar blood, sweat and tears.

Aku bukan seorang EXO-L tapi aku selalu menggebu-gebu dengan EXO. Tentu saja aku sudah mengenal EXO dari SMA, ketika teman-teman sekelasku begitu histerisnya dengan Chanyeol dan Baekhyun. Lagi-lagi karena Rangga, aku tidak memiliki ketertarikan sama sekali dengan K-pop. Jadi ya, boleh dibilang aku terlambat. Hahahaha. Sangat terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tapi bener, lagu-lagunya EXO ini super. Yang energetic sangat energetic, yang ballad sangat ballad. 너무 좋았어. 

Ada banyak, tapi aku tidak bisa menyebutkan semuanya. 私にとって、懐かしい歌がいっぱいあるんだけどね、でも、全部、一つずつ説明できないわけではないけど、なかなか無理だよ。すごい時間かかちゃうのでね 
Mungkin hanya beberapa yang mewakili saja, ya.

Seandainya – Samsons adalah lagu yang dibawakan SMILE saat Jam Session di tahun pertama kami SMA, dan dengan lagu itu, Bagas dan kawan-kawan berhasil memenangkan tempat ketiga.

Lagu Menghilang Denganku – Osvaldorio dan Indra Prasta; Sahabat Kecil – milik Ipank; Ku Tak Bisa – Slank; Rain – The Script; Something Just Like This – The Chainsmokers; Merindu Lagi – Yovie and Nuno; Hey – The Kandang; Heavy – Linkin Park; Irisdescent – Linkin Park; Masih Ada – Ello; YMCA – Village People; Versace on The Floor – Bruno Mars adalah beberapa contoh lagu yang masing-masing punya kenangan tersendiri dengan orang-orang tertentu dan tempat-tempat tertentu ketika masa-masa KKN. Rain – The Script misalnya. Mengingatkanku akan Rio dan ekspresinya dan suara falesnya ketika karaoke. Ketika member sub-unit kami sama-sama salah paham akan suatu hal dan berakibat pada perang dingin, aku, Kipran dan Mas Adhi dan Joselin bermain gitar dan bernyanyi Irisdescent bersama-sama di teras pondokan untuk meredakan suasana. Something Just Like This dan Menghilang Denganku adalah lagu athem unit KKN karena Something Just Like This lagu yang terus menerus diputar di ruang tunggu bandara Depati Amir Pangkal Pinang, membuat lirik dan musiknya sampai mengakar di otak, sedangkan Menghilang Denganku adalah BGM teaser video KKN.

Faded – Alan Walker dan Alls Falls Down – Alan Walker adalah lagu yang mengingatkanku akan suasana ketika aku part time di sebuah rumah makan. Setiap lagu itu diputar, aku seperti sedang kembali pada kesibukan jam makan siang, dimana pengunjung datang terus menerus tanpa henti, sudah seperti pribahasa mati satu tumbuh seribu. Masa-masa part time adalah masa-masa pulang cepat dari laboratorium untuk bekerja sambilan, pulang malam bau ayam goreng. Mengingatkanku akan…wah, お金作るのはku mendengar lagu ini di channel NHK. Mendengarkan lagu ini mengingatkanku akan terik matahari musim panas di Kyoto, Jepang.

What Lovers Do – Maroon 5 mengingatkanku akan hari-hari penuh perjuangan pulang pergi 30 km dari Pamulang ke Sepatan dengan Fakhri ketika sedang Kerja Lapangan di PT Aetra Air Tangerang. Senin – Jum’at touring 3 kabupaten cuman buat ke Aetra, Sabtu – Minggunya ke hedon di Jakarta. Berakibat pada aku jatuh sakit seminggu.

Tak Ada Yang Abadi – Peterpan adalah salah satu lagu yang sangat aku benci, lagu ini dimainkan Gegik dkk di KIRANA, acara dua tahunan SMA kami, yang kemudian tengah malamnya sepulang dari acara ini, salah satu temanku mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Jadi entah kenapa setiap lagu ini dimainkan, aku selalu teringat akan Alm. Dany. Itulah mengapa aku membenci lagu ini, mengingatkan aku akan gloomy day di hari pemakaman Alm. Dany.

Your Guardian Angel – The Red Jumpsuit Apparatus adalah lagu yang mengingatkanku akan bagaimana aku, Justicia, Ardhi dan siapa lagi satu lupa, Silo apa ya, nyaris membakar sekolah karena berusaha membuat lilin wax untuk ujian praktek Kimia Terapan di sekolah. Ardhi selalu memainkan lagu ini dengan gitarnya.

Album Ocean Avenue Acoustic – Yellowcard mengingatkanku akan mata belo Mas Awi. Ah, Mas Awi selalu mendengarkan lagu di album ini setiap kali dia berada di laboratorium.

Lagu-lagu ini. Dan lagu-lagu lainnya yang belum tersebutkan. Adalah lagu-lagu yang ketika akun Spotifyku secara random memutar lagu, yang kemudian seketika suasana berubah. Seakan-akan muncul time tunnel di dalam kepalaku. Seakan semua kenangan, semua yang terjadi di masa lalu, berdesakan, berebutan dan memaksa untuk muncul kembali dalam ingatan selama durasi lagu tersebut dimainkan.

Menangis atau  tertawa ketika mendengarkan lagu-lagu tertentu, bukan hal mengherankan. Entah kekuatan apa yang tersembunyi dalam musik. Yang entah kenapa juga, rintik hujan dan rasa sepi akan membuat kita semakin dalam dan semakin dalam menyelami makna lirik dari lagu.

Jadi, how ‘bout you?
Apakah kamu juga merasakan keajaiban lagu seperti yang aku rasakan?
個人的に特別な歌、あるの?
Atau adakah lagu secara khusus mengingatkanmu denganku?^^

Comments

Popular posts from this blog

そして、生きる

di pagi buta ini aku kembali membaca tulisan yang aku buat pada bulan Desember tahun 2014. dimana Rangga bilang, aku adalah anak yang gigih, karena selalu melakukan sesuatu yang disukai dengan 1000% usaha. Rangga adalah awal.  Pemilik Nirmala adalah proses.  dan aku akan menentukan akhirnya. Philip Dormer Stanhope, Earl of Chesterfield once said,   "It's important to have the ability to distinguish between impossible and possible..." melepaskan dan merelakan bukan berarti kegagalan. melepaskan dan merelakan juga bagian dari belajar. keberanian memang dibutuhkan untuk tetap bertahan. hanya orang-orang gigih dan penuh tekad yang mampu bertahan. tapi keberanian juga dibutuhkan ketika merelakan dan bergerak maju.  tidak mudah untuk memutuskan mengambil satu dua langkah ke depan dari tempat awal bertahan. terutama ketika ada begitu banyak perjuangan dan usaha yang dikerahkan untuk sampai di tempat itu. ada kalanya kita harus menyadari kapan waktunya untuk bertahan dan kap...

untuk Dany di surga

ini sudah hampir seminggu setelah kepergianmu... takkan selamanya, tanganku mendekapmu. takkan selamanya, raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang... lagu ini.. lagu yang dimainin pas Kirana kemaren. Waktu semuanya belum berubah. Waktu aku masih bisa ngeliat kamu ketawa. You’re gone too soon dan... Rest In Peace Dany Candra Kurniawan.  “Mas Dany kecelakaan mbak pulang dari Kirana kemaren. Meninggal.....” DANY? Kamu beneran udah meninggal? Aku nggak percaya. Aku nggak mau percaya. Bilang kalo mereka semua bohong soal kamu Dan! Bilang ke aku itu semua cuma bohong! Kamu masih sehat kan? Kamu besok masuk sekolah kan? Kirana kemaren kamu masih ngobrol sama aku. Kamu masih minta difoto sama aku. Kok secepet ini? Aku nggak percaya. Aku belum mau percaya. Tolong bilang kalo semua ini bohong... Nanti nggak ada yang bilang, “aku kan kereeeen” lagi di kelas. Nggak...

pulang ke rumah

Rumah? Sebenernya apasih yang bisa disebut rumah itu. Bangunan beratap dengan kasur bantal dan guling di dalamnya? Atau apa? Sebenernya apa yang bisa dan layak aku sebut sebagai rumah? Kriteria apa yang memenuhi untuk kemudian bisa disebut rumah. Dan ketika aku bilang, “I wanna go home,” sebenernya ‘home’ seperti apa yang ingin aku tuju? Walaupun aku masih belum mampu menjawab pertanyaan yang aku ajukan sendiri, aku rasa tidak semua tempat bisa disebut rumah, dan tidak semua tempat akan terasa seperti rumah. Dan aku pikir, kalian juga setuju. Masafin bilang, aku selalu susah buat diajak kumpul, merapat menuju keramaian dan gelak tawa. Masafin bilang aku ngga pernah berubah. Selalu aja bermasalah setiap ada kumpul-kumpul. Dia bilang aku selalu malas bersosialisasi, aku tidak mau hidup di luar duniaku, aku tidak mau berinteraksi selain dengan duniaku. Aku juga tidak tahu. Tidak tahu mungkin memang bukan jawaban yang diinginkan ketika ada pertanyaan. Tapi sejauh ini, a...