Setiap
orang mengalami fase-fase dimana dia akan menggunakan kilasan-kilasan masa
lalunya untuk memperbaiki diri atau justru menjadikannya alasan untuk menjadi
semakin buruk. Ada yang menyesali masa lalunya dan ada yang sangat berterima
kasih akan itu.
Akupun
demikian.
Memasuki
semester yang penuh helaan nafas dan sambatan khas mahasiswa semester injury,
aku telah banyak belajar bahwa ada kalanya apa yang telah kita lalui dan apa
yang terlewati di masa lalu itu memang selayaknya terjadi untuk membentuk diri
kita di masa ini.
Penyesalan
tanpa arti yang hanya buang-buang waktu karena tidak berani menantang diri
untuk mengambil jurusan idaman. Penyesalan karena kenapa tidak menyatakan cinta
pada orang yang disukai. Penyesalan kenapa dulu begini kenapa dulu tidak begitu.
Sebagai
seorang manusia pesimistik yang cukup optimistik, aku sering menghabiskan
waktuku yang sangat berharga hanya untuk merenungi hal-hal yang belum sempat
aku lakukan, atau belum mampu aku lakukan dengan baik, atau yang aku lakukan
tapi mengecewakan. Karena aku adalah orang yang paling banyak berharap dan
paling banyak mengecewakan.
Dan
aku tidak pernah berubah.
Aku
sangat berterima kasih kepada orang-orang yang memiliki kesabaran tinggi atas
semua kekurangan dan ke-seadanya-ku ini.
Ketika
aku mengeluh kenapa aku tidak cantik. Ya aku hanya mengeluh tanpa memperbaiki
diriku. Sedangkan teman-teman seusiaku sudah pintar bersolek, memadu-madankan
busana yang dikenakannya. Ketika aku mengeluh kenapa aku tidak diberi
kesempatan untuk menjadi ketua suatu organisasi atau memegang suatu jabatan
tertentu. Ya tentu saja karena aku selama ini aku tidak professional. Aku
lemah, cenderung moody, mudah menangis, mudah mengeluh. Siapa pula yang mau
dipimpin ketua yang modelnya seperti ini. Ketika aku mengeluh kenapa aku tidak
juga lulus. Ya aku hanya mengeluh, sedangkan aku tidak berusaha dengan sangat
maksimal untuk memperjuangkan itu. Dan ketika aku menyalin logbook penelitian,
aku menjadi sangat sadar bahwa aku membuat satu tahunku menjadi sia-sia.
Terkadang
aku merasa aku tidak diberi kesempatan untuk membuktikan diri bahwa aku pantas
mendapatkan sesuatu hal.
Aku
merasa aku dipandang sebelah mata.
Aku
merasa aku direndahkan.
Padahal, aku
juga ingin dijadikan rujukan untuk sesuatu hal.
Aku
juga ingin menonjol dan jadi panutan.
Aku
juga ingin bisa memamerkan kelebihanku.
Tapi…
Aku
bukan tidak diberi kesempatan, ternyata.
Aku
bukan dipandang sebelah mata, ternyata.
Aku
bukan direndahkan, ternyata.
Aku
saja yang tidak pantas untuk mendapatkan kesempatan itu. Spesifikasiku belum
cukup. Aku belum memadai untuk jadi rujukan. Aku tidak punya pencapaian
membanggakan yang bisa dijadikan panutan. Aku belum memiliki kelebihan yang
bisa aku pamerkan. Aku hanya tidak ter-upgrade.
Entah
kenapa aku tidak pernah bisa benar-benar berbangga atas diriku ini.
Jika
aku sendiri tidak bangga atas diriku, lantas bagaimana bisa aku membuat kamu,
kalian, juga mereka bisa bangga karena memiliki aku?
Comments
Post a Comment