Skip to main content

Lost in Japan: Arashiyama


Dari semua lokasi wisata yang terkenal di Kyoto, Arashiyama adalah salah satu lokasi wisata yang terkenal juga cukup beken. Jangan sampai dilewatkan. Arashiyama tidak hanya terkenal karena hutan bambunya, tetapi juga monkey park, jembatan Togetsu-kyo dan ini nih, jangan lupa untuk menyempatkan diri naik Sagano Romantic Train.

Edisi kali ini aku akan menceritakan petualangan singkatku ke Arashiyama. Perginya masih sendirian saja karena 夏休みsudah berakhir dan sekolah sudah mulai masuk. Omku menyarankan sekali untuk pergi ke Arashiyama selagi ada waktu. Pokoknya selama aku di Jepang, aku tidak diijinkan mendekam di dalam kamar saja, aku harus keluar dan mengeksplor Kyoto selagi ada kesempatan.

Setelah survey bagaimana Arashiyama dan bagaimana menuju kesana dari Kyoto, maka berangkatlah aku pada tanggal 3 September 2018 sekitar pukul 7 pagi waktu Jepang.




Dari apartemen, berjalan kaki ke halte Shugakuinmichi dan naik bus kota nomer 5 tujuan akhir Kyoto Eki. Selanjutnya naik JR Sagano Line tujuan Sonobe di platform 32 dan turun di JR Umahori Eki karena aku merencanakan akan naik Sagano Romantic Train terlebih dahulu. Dari JR Umahori Eki berjalan kaki sedikit ke Kameoka Torokko Eki, nggak perlu takut kesasar karena ada google maps dan di jalan juga ada petunjuk arah.

Sewaktu di Platform 32 Kyoto Eki, aku sempat mengalami culture shock. Karena aku berangkat bersamaan dengan jam berangkat sekolah dan kerja, Kyoto Eki menjadi sangat sibuk dan orang-orang ini berjalannya sangat cepat, aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk memotong jalur ke arah yang berlawanan. Jadi, waktu itu aku ingin ke toilet, toiletnya ada di seberang platform, sedangkan saat itu bertepatan dengan waktu tibanya JR Sagano Line dan orang-orang berbondong-bondong turun dari kereta. Untuk menuju toilet, aku harus menginterupsi rombongan orang-orang itu tapi tidak mampu, tidak ada celah dan tidak diberi celah untuk lewat. Akhirnya aku urungkan niatku ke toilet, nanti saja kalau sudah sampai di Arashiyama, pikirku.

Oh iya, bagi 皆さんsekalian yang ingin naik Sagano Romantic Train ini, tiket bisa pesan dari kantor JR West (Kansai Region) atau beli langsung on the spot di Kameoka Torokko Eki atau Sagano Torokko Eki. Sayangnya, kalo beli on the spot, menyediakan tiket untuk gerbong kereta ke 5 saja, jadi harus seawal mungkin datangnya, karena kereta wisata ini cukup populer. Dan ada baiknya membuat itinerary akan mengunjungi lokasi wisata apa saja supaya bisa diatur satu arah perjalanan dan ngga wira-wiri, sehingga perjalanan lebih lebih efektif dan efisien.

   

Harga tiket Sagano Romantic Train untuk dewasa ¥620 (one way), kalau beli tiket round trip jangan ngarep dapet diskon, ga bakal. Oh iya, menginfokan sekali lagi, Sagano Romantic Train ini adalah kereta tua yang rute perjalanannya dari Kameoka Torokko – Sagano Torokko (PP) melewati pemandangan pegunungan Arashiyama, Hozugawa dan Sungai Katsura. Waktu perjalanannya hanya sekitar 30 menit, terhitung sebentar tapi pemandangannya cukup bikin menganga. Katanya sih akan sangat-sangat-sangat bagus kalau musim gugur, karena pemandangannya akan berwarna jingga merah hangat. 京都旅行だったら、嵯峨野観光鉄道に乗らないといけない!Harus!!! Wajib!!!!

 


Dari Saga Torokko, berjalan kaki sejauh kira-kira 1 kilometer untuk menuju Arashiyama Bamboo Groove. Di google, Arashiyama Bamboo Groove terlihat sangat luar biasa, tapi waktu aku sudah sampai disana, ternyata biasa-biasa saja, hanya jalan kecil yang di kanan dan kirinya ada pohon-pohon bambu.


  

Keluar dari area Arashiyama Bamboo Groove, aku mampir sebentar ke Nonomiya Jinja lalu keluar ke jalan besar yang di kanan-kirinya banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Arashiyama. Aku mampir sebentar dan membeli beberapa gantungan kunci. Dari sana, aku berjalan kaki sejauh 1 km lagi ke Jembatan Togetsu-kyo. Dalam perjalanan kesana, aku melewati kuil Tenryuji tapi tidak mampir karena sedang dalam saving money mode.

 

Saran lagi, kalau musim panas ada baiknya membawa topi, payung atau kacamata hitam. Tidak akan terlihat lebay, karena memang cuacanya sangat panas terik dan silau, membawa salah satu dari ketiga benda tersebut adalah lumrah dan justru sangat baik. Oh iya, satu lagi, karena uang receh sangat dihargai disini, untuk beli minum di 自動販売機 (vending machine), untuk naik transportasi umum dan belanja-belanja snack-snack di konbini, maka ada baiknya membawa dompet yang ada kantong khusus uang koin. Hampir sebagian besar orang jepang memiliki dompet dengan kriteria yang aku jelaskan tadi.

 

Setelah makan onigiri dan foto-foto sendiri (kasian) di pinggir sungai Katsura dan Jembatan Togetsu-kyo, aku sebenarnya masih ingin mengeksplor Arashiyama, tapi karena kaki ini sudah lelah berjalan kaki, akhirnya memutuskan pulang. Aku berjalan pulang sekitar 10 menit ke Arashiyama Eki, stasiun milik Hankyu. Cek saldo ICOCA lalu mentop-upnya ¥1000 lalu masuk ke dalam stasiun menunggu kereta datang. Aku naik kereta Hankyu Arashiyama – katsura dan turun di Katsura Eki. Dari Katsura Eki aku naik Hankyu Line – Kawaramachi dan turun di Saiin Eki. Oh iya mau minta maaf juga, kalau di dalam tulisan ini dan tulisan-tulisan sebelumnya dan mungkin tulisan-tulisan selanjutnya tidak bisa mencantumkan ongkos transportasi secara mendetail karena aku pakai ICOCA kalau pakai transportasi umum, jadi kepotong berapanya ngga begitu memperhatikan.

 

Dari Saiin Eki, aku berputar-putar mencari Nishioji-Sanjo Bus Stop yang tidak ketemu-ketemu. Dari Nishioji-Sanjo aku naik bus kota nomer 205 dan turun di Kinkakujimichi. Dari Kinkakujimichi aku berjalan kaki 5 menit menuju Kuil Kinkakuji. Dalam perjalanan kesana, aku tergoda ingin membeli coolish di vending machine, tapi batal karena harganya lebih mahal ¥20 daripada yang dijual di konbini.

Dengan ¥400 kamu akan dapat tiket sekali masuk dan brosur Kuil Kinkakuji. Kuil Kinkakuji ini menggambarkan 4 pemandangan yang berbeda sesuai musimnya dipadukan dengan warna keemasan kuil, sangat cantik. すごくきれいだ!karena rutenya dibuat sekali jalan, jadi pastikan kamu tidak melewatkan satu sentipun pemandangan di sekitar Kinkakuji.

                     

Dari Kuil Kinkakuji, aku menghabiskan sisa onigiri, aku mampir ke pertokoan oleh-oleh untuk membeli Yatsuhashi. Yatsuhashi adalah jajanan basah berisi kacang merah khas Kyoto. Aku beli 4 kotak isi 20 buah, masing-masing seharga ¥1080 (belum termasuk pajak). Sewaktu ditanya pemilik toko kenapa beli banyak, aku jawab karena suka, jadinya diberi bonus Yatsuhashi kering. Dari Kuil Kinkakuji, aku kembali ke Kinkakujimichi dan naik bus nomer 101 dan turun di Kitano Tenmangu-mae. Tujuan selanjutnya setelah Kuil Kinkakuji adalah Kitano Tenmangu Jinja, yang menurut kepercayaan orang Jepang, menjadi tempat bersemayamnya Dewa Pendidikan. Biasanya pelajar-pelajar di sekitar Kyoto akan datang kesini untuk memohon kemudahan ketika akan melakukan ujian atau semacamnya. Biaya masuknya gratis, tapi kalau kamu mau berdoa perlu membeli 絵馬 (ema papan kayu yang berisikan doa) di samping bangunan utama. Kitano Tenmangu banyak terdapat patung-patung sapi, yang dipercaya membawa keberuntungan. Jadi, banyak pengunjung kuil yang datang untuk berdoa atau berwisata juga mengusap-usap patung sapi tersebut. Aku, antara percaya dan tidak, juga ikut mengusap-usap salah satu kepala patung sapi tersebut.


 



Dari Kitano Tenmangu-mae, aku naik bus nomer 203 dan turun di Ginkakujimichi. Dari Ginkakujimichi naik bus nomer 5 dan turun di Shugakuinmichi untuk pulang. Maka dengan ini, berakhirlah perjalananku hari ini. 暑くて、疲れたけど、嬉しかったよ。

Comments

Popular posts from this blog

そして、生きる

di pagi buta ini aku kembali membaca tulisan yang aku buat pada bulan Desember tahun 2014. dimana Rangga bilang, aku adalah anak yang gigih, karena selalu melakukan sesuatu yang disukai dengan 1000% usaha. Rangga adalah awal.  Pemilik Nirmala adalah proses.  dan aku akan menentukan akhirnya. Philip Dormer Stanhope, Earl of Chesterfield once said,   "It's important to have the ability to distinguish between impossible and possible..." melepaskan dan merelakan bukan berarti kegagalan. melepaskan dan merelakan juga bagian dari belajar. keberanian memang dibutuhkan untuk tetap bertahan. hanya orang-orang gigih dan penuh tekad yang mampu bertahan. tapi keberanian juga dibutuhkan ketika merelakan dan bergerak maju.  tidak mudah untuk memutuskan mengambil satu dua langkah ke depan dari tempat awal bertahan. terutama ketika ada begitu banyak perjuangan dan usaha yang dikerahkan untuk sampai di tempat itu. ada kalanya kita harus menyadari kapan waktunya untuk bertahan dan kap...

untuk Dany di surga

ini sudah hampir seminggu setelah kepergianmu... takkan selamanya, tanganku mendekapmu. takkan selamanya, raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang... lagu ini.. lagu yang dimainin pas Kirana kemaren. Waktu semuanya belum berubah. Waktu aku masih bisa ngeliat kamu ketawa. You’re gone too soon dan... Rest In Peace Dany Candra Kurniawan.  “Mas Dany kecelakaan mbak pulang dari Kirana kemaren. Meninggal.....” DANY? Kamu beneran udah meninggal? Aku nggak percaya. Aku nggak mau percaya. Bilang kalo mereka semua bohong soal kamu Dan! Bilang ke aku itu semua cuma bohong! Kamu masih sehat kan? Kamu besok masuk sekolah kan? Kirana kemaren kamu masih ngobrol sama aku. Kamu masih minta difoto sama aku. Kok secepet ini? Aku nggak percaya. Aku belum mau percaya. Tolong bilang kalo semua ini bohong... Nanti nggak ada yang bilang, “aku kan kereeeen” lagi di kelas. Nggak...

pulang ke rumah

Rumah? Sebenernya apasih yang bisa disebut rumah itu. Bangunan beratap dengan kasur bantal dan guling di dalamnya? Atau apa? Sebenernya apa yang bisa dan layak aku sebut sebagai rumah? Kriteria apa yang memenuhi untuk kemudian bisa disebut rumah. Dan ketika aku bilang, “I wanna go home,” sebenernya ‘home’ seperti apa yang ingin aku tuju? Walaupun aku masih belum mampu menjawab pertanyaan yang aku ajukan sendiri, aku rasa tidak semua tempat bisa disebut rumah, dan tidak semua tempat akan terasa seperti rumah. Dan aku pikir, kalian juga setuju. Masafin bilang, aku selalu susah buat diajak kumpul, merapat menuju keramaian dan gelak tawa. Masafin bilang aku ngga pernah berubah. Selalu aja bermasalah setiap ada kumpul-kumpul. Dia bilang aku selalu malas bersosialisasi, aku tidak mau hidup di luar duniaku, aku tidak mau berinteraksi selain dengan duniaku. Aku juga tidak tahu. Tidak tahu mungkin memang bukan jawaban yang diinginkan ketika ada pertanyaan. Tapi sejauh ini, a...