Sebelum aku benar-benar menuangkan isi pikiranku dalam tulisan ini. Aku
berharap apa yang aku pikirkan hanyalah perasaanku semata. Semata-mata perasaan
hanya karena pemikiran aneh dan semoga tidak benar-benar terjadi seperti apa
yang aku pikirkan. Tapi pikiran ini cukup menggangguku. Dan kamu, tidak, tidak
hanya kamu, tapi kalian semua yang membaca tulisan ini harus tau apa saja yang
menggangguku.
Andai aku cantik.
Bukan.
Ini bukan karena aku tidak mensyukuri apa yang sudah Allah berikan padaku. Tapi
pemikiran “andai aku cantik” ini terus-menerus memenuhi pikiranku dan mulai
terasa mengganggu.
Aku
terlahir seperti ini. Tidak cantik. Tidak pintar. Tidak memiliki kelebihan
apapun yang bisa dibanggakan. Aku tidak memiliki sesuatu yang membuat mereka
dengan lantang berkata dan mengumandangkannya pada dunia, “aku bangga punya
Nadia. Aku bangga ada Nadia disini. Dan aku bangga dari sekian ratus juta
penduduk Indonesia, aku diberi kesempatan mengenal Nadia”.
Andai
aku cantik.
Menurutku,
pancasila sila kelima yang berbunyi, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” belum benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Aku
berbicara tentang persamaan perlakuan, kesetaraan, tentang bagaimana seharusnya
bersikap adil bukan tentang bagaimana harus bersikap sesuai porsi yang
dibutuhkan. Karena aku merasa, kalian belum benar-benar adil dalam
memperlakukan sesuatu, terutama seseorang. Aku berbicara tentang mereka yang
diberi kelebihan cantik dan mereka yang tidak memiliki kelebihan itu. Aku
berbicara tentang aku. Tentang aku yang dipandang sebelah mata karena aku yang
disebut “sudah ngga cantik, otak encer juga engga”, tentang aku yang disebut
“aku tau kamu memang bodoh kok, Nad”, tentang aku yang disebut “mahasiswa kelas
rendah dengan IQ jongkok”.
Well,
kalian semua memang benar menyebutku demikian.
Aku
memang sampah.
Tidak
diinginkan. Tidak diharapkan.
Luar
biasa kalo boleh aku bilang karena aku punya masafin walaupun aku banyak
kekurangan, tanpa kelebihan dan penuh kehinadinaan ini. Jadi apa berlebihan
jika aku menyebut diriku beruntung dengan adanya dia disini?
Andai
aku cantik.
Semakin
hari aku selalu berpikiran “andai aku cantik”. Jika aku cantik, maka aku tidak
akan hidup nelangsa mengemis perhatian orang. Jika aku cantik, aku tidak akan
perlu pagi hari atau siang bolong berjalan kaki hanya untuk pergi ke suatu
tempat. Jika aku cantik, akan banyak orang menawarkan “mau aku anter?” “butuh
bantuan apa?” “mau ikut ngga?” tanpa perlu aku minta. Jika aku cantik,
kehadiranku akan selalu ditunggu. Jika aku cantik, aku akan selalu dipuja dan
dibangga-banggakan.
Mereka
yang cantik selalu mendapat spesialisasi. Selalu mendapat perlakuan khusus.
Selalu mendapatkan sikap istimewa. Berbeda dengan mereka yang kebetulan tidak
cantik. Mereka yang cantik selalu dengan indahnya diperbincangkan.
Dielu-elukan. Berbeda dengan mereka yang kebetulan tidak cantik. Memang juga
diperbincangkan, tapi dengan kejijikan dan penuh nada merendahkan.
Dengan
penuh semangat membantu mereka yang cantik “mau jemput dedek cantik dulu ya”.
Tapi ketika mereka yang tidak cantik butuh bantuan, “aduh maaf ya, yang lain
aja”. Ketika mereka yang cantik datang, akan langsung mendapat sambutan hangat.
Tapi jika mereka yang tidak cantik datang, akan langsung terdengar hembusan
nafas panjang penuh keluhan.
Lalu
apa aku salah jika berkata begini?
Aku
berkata demikian bukan tanpa alasan. Aku berkata demikian karena aku melihat
dan mengalaminya secara langsung dalam keseharianku. Kalian semualah yang
membuat aku berpikiran seperti itu.
Lalu
jika demikian apa aku salah?
Itu
hanya bercandaan saja. Maklumin aja anak cowok kan memang gitu.
OH
WELL, BERCANDAAN KATAMU? Bercandaan yang menyakitkan hati. Aku harus akui kalau
kalian memang hebat dalam bercandaan, ya. Hebat sekali. Entah sudah berapa
banyak airmata yang jatuh karena “bercandaan” kalian.
Maaf
ya, tapi aku ini pendendam. Aku mengingat semua perkataan dan semua perlakuan
yang aku dapatkan. Dan aku akan memperlakukan kalian semua sesuai dengan
bagaimana kalian memperlakukan aku.
Mereka
bilang, “ngga apa-apa Nadia ngga cantik, ngga banyak pengalaman organisasi atau
ngga pinter. Yang penting Nadia punya cinta. Rasa cinta Nadia itu yang nggak
dimiliki sama mereka. Itu yang ngebuat Nadia beda, ngebuat Nadia spesial dari
yang lain”. Kata-kata penghiburan basi yang selalu aku dengar. Sampai panas
telingaku. Iya benar aku hanya punya rasa cinta. Tapi rasa cintaku tidak
dihargai. Aku hanya punya rasa cinta. Tapi perasaanku selalu dibuat bahan
lawakan.
Mungkin
seandainya aku cantik, semua akan berbeda, ya.
kamu biutiful kok, nad
ReplyDeleteAku juga tidak cantik, hehehe
ReplyDeleteKadang memang minder, apalagi kalau lagi kumat wkwk
Aku bisa merasakan itu:') Mungkin saja Allah tak memberimu cantik, karena takut kamu akan sombong nantinya. Begitu pun dengan aku:)
ReplyDeleteFighting 🙂
ReplyDeleteTau kok nad rasany tpi kalau dipikir-pikir hidup ini fana, paras hanya titipan namun bila tidak digunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak dapat menambah pahala, apa gunanya? Sabar yaa nad, segala takdir itu baik, sulit memang, namun bila terusterus mengingat apa tujuan awal kita diciptakan, In Syaa Allah tenang.
ReplyDelete