Skip to main content

(well) wrapped




시작이라는 걸 넌 믿을 수 있겠니??
흔들리지 않게 걸어 나아갈 수 있을지??


sebenarnya sudah lama merencanakan untuk menulis lagi setelah sekian lama. keinginan itu ada, tapi dorongan untuk merealisasikannya itu yang agak berat ya. memang musuh utamaku adalah rasa malas.


inti utama dari cerita kali ini adalah bagaimana aku berhasil dengan cukup baik melalui tahun 2022:  berhasil kembali ke Jepang, entah bagaimana berhasil bertahan hidup dengan berbagai bantuan, melewati pergantian tahun dengan bekerja paruh waktu, dan memulai awal tahun dengan pengamatan di laboratorium.


berkali-kali aku bilang, bahwa my life is nothing but a comedy. 
menyedihkan, tapi aku tertawa. 
tidak menarik, tapi aku menikmatinya.


aku akan flashback memori, semampu yang aku ingat, apa saja yang aku lalui tahun lalu. sekedar untuk mengingat bahwa aku sudah berusaha, tidak cukup bagus, tapi cukup baik.




januari.

tidak ingat. aku tidak ingat. apa ya yang aku lakukan? di rumah? membatasi bertemu orang-orang, bahkan dengan teman-temanku sendiri. aku merasa kondisiku tidak cukup baik untuk memulai pergaulan dan bersosialisasi dengan orang lain, bahkan dengan keluargaku sendiri. menghabiskan sebagian besar waktu di rumah. menolak bepergian.


aku telah membuat, menjalin hubungan yang sangat akrab dengan kamarku, kamar yang telah bertahun-tahun aku tinggalkan.


pada awal tahun, aku sedang cinta-cintanya, sedang dalam keadaan menolak move on dari drama korea berjudul "happiness". 





februari.

bulan februari adalah bulan hectic. munculnya titik terang pintu perbatasan jepang akan kembali dibuka membuatku bergairah tapi diliputi rasa cemas.


tau kan perasaan itu?


perasaan dimana kamu mulai merasa nyaman dengan sekitarmu, tapi kamu harus pergi meninggalkannya.


ikatan yang aku jalin dengan kamarku.


kamar yang sudah sedemikian rupa aku atur, aku tata, keseharian yang biasa aku lakukan di dalamnya, di rumah.


loh? sedih? rasanya aku tidak ingin pergi.


perasaaan yang.... "aku boleh nggak tetep di rumah aja?"






maret.

semakin hectic. persiapan keberangkatan, yang wow, tidak bisa dipercaya begitu nyata. berapa lama waktu yang aku habiskan untuk menunggu saat-saat seperti ini tiba. setahun? tidak, dua tahun. eh? tiga tahun?


bulan maret adalah bulan penuh rasa bersalah.


kepada ayahku.
kepada ibuku.

엄마 아빠한테 진짜 고맙다라는 이야기를 한 번도 해준 적이 없더라고...
그리고 또.. 미안하다는 이야기 제대로 안 해준 거 같아

엄마 아빠는 그냥...알게되니까 별 말도 안 하잖아 그러그지?

난 진짜 열심히 할 수 있었고 지금까지 올 수 있었어
또...힘들어도 웃으면서 보낼 수 있었어
다 엄마 아빠 덕분이야
미안해 난 아직 엄마 아빠에게 부족한 아이라서




april.

bulan puasa pertama di luar negeri. tidak begitu mengerikan. hanya lebih hening.

lebih mengerikan usahaku untuk segera menghasilkan uang. dengan currency yang 100 kali lipat berbeda dari Indonesia, dan biaya hidup yang cukup tinggi disini, tidak mungkin untukku mengandalkan kiriman dari orang tua lagi. 

saat ini, mungkin boleh dibilang aku benar-benar hidup sendiri, literally hidup sendiri, tidak lagi bergantung kepada orang tua. atau mungkin lebih tepatnya tidak bisa lagi bergantung kepada orang tua.

malu.

aku harus menghasilkan uang sendiri, sesegera mungkin.




mei.

ketika cuaca mulai menghangat dan bunga sakura mulai berguguran, aku mendapatkan pekerjaan paruh waktu.

akhirnya. 

ada perasaan aneh, yang muncul, sedikit demi sedikit, mengganggu pikiranku. Perasaan yang, entah kenapa, rasa-rasanya terlalu kuat untuk diabaikan dan dianggap angin lalu. 



sendiri. itu bukan sesuatu yang baru buatku. Rasa-rasanya aku memang ditakdirkan untuk menjalani dan menanggung semuanya sendiri. Sejak…entah, akupun tidak bisa memastikan sejak kapan aku mulai terbiasanya menjalaninya sendiri.



aku tidak suka keramaian. tidak suka bertemu dengan banyak orang.



tapi kenapa aku banyak bicara? Kenapa aku tidak bisa menutup mulutku ketika aku mulai bercerita tentang sesuatu? aku sudah memperingatkan diriku untuk berhenti, tapi lancar sekali mulut ini merangkai kata-kata, seperti sungai setelah topan.



tepat ketika mulut ini mengakhiri pembicaraan, aku membatin, oversharing. tidak bisakah aku untuk berhenti oversharing? ketika aku mulai membuka mulutku, aku tidak akan bisa berhenti, dan membuat diriku seolah-olah menjadi buku yang terbuka. semua orang bisa membacanya, tapi tidak diriku sendiri.


aku mulai akrab dengan teman-teman di lab. kami mulai pergi keluar makan bersama.


aku didiagnosis dokter mengalami penyusutan paru-paru, dan harus menjalani perawatan.

tiba-tiba?



juni.

akhir-akhir ini aku merasa kesepian.


sejak kedatanganku kesini, aku mendaftar banyak beasiswa, tapi tidak ada satupun yang diterima. mungkin akunya saja yang kurang kompeten, dan tidak cukup layak untuk menerima beasiswa yang lebih besar.




kamu tahu, aku melihat di televisi digambarkan anak-anak yang sekolah sambil berkerja masih bisa tertawa dan menghabiskan masa mudanya penuh warna, yang mana membuat aku saat itu ingin merasakan, bagaimana sih rasanya....




ternyata capek. 



kehilangan waktu belajar. kehilangan waktu istirahat. kehilangan waktu bermain.

sebentar, ini aku merasa capek karena memang akunya saja yang selalu mengeluh, mungkin ya? atau karena akunya yang tidak bisa membagi waktu dengan baik? atau memang karena aku saja yang malas.




ya. ya. ketiganya benar.




tapi dari pekerjaan sampinganku ini, aku bisa menjadi bantuan terakhir, pilihan terakhir ketika kedua orang tuaku membutuhkan bantuan keuangan.

satu-satunya hal yang bisa dibanggakan sejak aku diberikan kesempatan untuk bernafas dua puluh enam tahun yang lalu.




tapi, di tengah ketidakstabilan ekonomi yang aku alami, ada kalanya rasa kebanggaan itu menjadi beban.




ah...ternyata begini rasanya ya menjadi generasi separuh roti lapis.




jika melihat teman-temanku yang lain, muncullah kesenjangan sosial yang tidak terlihat tetapi sangat nyata. perasaan rendah diri. perasaan dicurangi.


di hari aku pertama kali mendapatkan gaji sebulan kerja paruh waktu, JPY 70,000, aku menangis, bukan karena bahagia, senang, atau lega karena jerih payahku begadang terbayarkan, tapi karena lelah dan tertekan. "capek....", tangisku.




juli.

cuaca mulai panas.

aku tidak merasakan kesulitan hidup disini, boleh dibilang sudah terbiasa.

selain permasalahan uang, ya.

di film harry potter yang ketiga, dikatakan boggart akan berbentuk sesuatu hal yang paling kita takutkan. aku bertanya-tanya, jika aku bertemu boggart, akan berubah seperti apakah dia? uang? hahahaha.



setelah sempat lupa (karena sudah lama tidak dipergunakan), akhirnya bahasa jepangku mulai membaik, sedikit demi sedikit. seperti orang amnesia yang mulai kembali ingatannya.




agustus.

aku mulai mengurangi jam kerjaku. jam tidurku tidak karuan. anggota tubuhku mulai terasa akan rontok satu per-satu dihajar jadwal penelitian dan jadwal kerja paruh waktu.

manager restoran tempatku bekerja mengeluhkan keinginanku untuk mengurangi jam kerja.

apa boleh buat?

aku memang butuh uang. uang sangat penting. tapi aku juga harus melakukan kewajibanku di laboratorium.

hidup disini, berat. melelahkan. bukan karena aku harus bersepeda di jalanan menanjak setiap hari untuk berangkat ke kampus, bukan pula karena terkadang penelitian yang aku lakukan tidak berjalan sesuai dengan perkiraan, tapi karena kerja paruh waktu yang aku lakukan. tapi aku memang tidak punya pilihan.


aku mulai memiliki minat pada bahasa isyarat. 
aku kemudian belajar secara otodidak.




september.

akhir-akhir ini aku merasa, ada banyak hal yang harus ditertawakan dari hidupku.



kenapa ya?



apakah karena cuaca yang sedikit demi sedikit mulai dingin? Atau karena matahari yang sedikit demi sedikit terlambat untuk terbit dan semakin cepat terbenam? Atau karena satu per satu daun mulai menguning dan berguguran?



aku merasa kesepian karena musim gugur sudah dimulai?



wow boleh juga upayaku untuk membuat alasan yang sangat tidak logis untuk hal yang tidak logis.



dari dulu, cita-citaku hanya satu.

bukan menjadi dokter.

bukan menjadi astronot.

bukan menjadi ilmuwan.



tapi menjadi orang yang bermanfaat, menjadi cahaya, menjadi harapan bagi orang-orang di sekitarku, kedua orang tuaku. Mereka tidak lagi muda tapi semakin banyak tanggungan yang dibebankan kepada keduanya. aku, sebagai anak pertama, benar-benar menyadari dan memahaminya, apa saja yang telah mereka lalui untuk sampai di titik ini.

aku secara langsung merasakannya.

mengalaminya.

dari ketika ayah harus memakai sepeda motor butut untuk mengantarkanku sekolah dan mengantarkan ibuku bekerja setiap harinya. hingga saat ini ayah bisa membeli mobil dan punya dua sepeda motor. dari yang rumah mengontrak berpindah-pindah setiap tahunnya, hingga sekarang bisa menetap bahkan bisa membangun Yayasan Pendidikan di dekat rumah. dari aku yang tidak pernah tau apa jawaban yang tepat ketika ditanya apa pekerjaan ayahku, hingga sekarang aku bisa menjawabnya dengan tegas.



ketika aku menyadari apa yang telah kedua orang tuaku usahakan untuk membantuku hingga bisa melanjutkan pendidikan setinggi ini, aku merasa bersalah, sekaligus sangat berterima kasih, aku dikaruniai kedua orang tua hebat.



aku sekarang memang belum sepenuhnya stabil secara finansial, jika dibandingkan dengan teman-teman seumuranku. boleh dibilang aku tertinggal. belum punya pekerjaan pula.



aku memutuskan melanjutkan sekolah karena, yang pertama dan utama, adalah aku ingin melarikan diri dari kenyataan. aku masih ingin berlindung dibalik perisai “pelajar”. yang mana, dengan mantap dan beraninya aku memutuskan untuk pergi ke Jepang.

terjun langsung ke medan perang.




sendirian.



aku, yang otaknya pas-pasan ini, dengan lancangnya membuat pilihan melanjutkan sekolah, ke luar negeri, dengan beasiswa parsial. tolong tepuk tangannya. terima kasih.






oktober.

잘 있었냐? 지금은 어때?


di awal bulan Oktober, ketika cuaca panas dan terik matahari mulai sedikit demi sedikit mereda berganti sepoi-sepoi angin sejuk, ketika hari-hari yang gerah, baju-baju tipis penuh peluh keringat kini mulai berganti dengan sweater dan jaket-jaket hangat, aku bertanya kepada diriku sendiri, "bagaimana kabarmu? baik?"


aku bertahan dengan baik.


aku tidak punya teman dekat di tempat kerja. 

tidak kaget.

sepertinya mereka juga tidak ada dan tidak akan punya keinginan untuk berteman denganku. tapi ada beberapa orang yang hampir selalu satu shift denganku. yang aku suka adalah ketika mereka yang pada awalnya manggil "nadia-san" berubah menjadi "nadia", dari yang awalnya bicara formal, jadi casual.


apa aku sudah bercerita kalau aku menaruh interest dengan ketua club teh "cold brew" di kampus berawal karena dia selalu, secara tidak sengaja dan terus-menerus lewat di depan laboratoriumku. matanya yang besar, membuatnya seolah-olah menampakkan ekspresi "tanda tanya", membuatku penasaran, siapa anak ini? kenapa dia selalu lewat sini? tahun keberapa? lab mana? lantai berapa? 

interest yang aku punya ini bukan ke arah romansa, tapi lebih ke rasa penasaran? ingin tau? リスペクト...かな?
彼ってさ、お茶が大好きのことをよく聞いてので、わざわざ北海道から静岡に来て、お茶の勉強のために。そして、日本茶インストラクターの資格を最年少で取得だって
 すごくない?
仲良くしたいけど、どうすれば分からなくて、悔しくてたまらなかったわ
彼とお茶を通して友達になれたらいいな~
ねえ、私の存在に気づいたのかしら????


kemudian secara tidak sengaja yang sangat disengaja, aku datang ke festival teh, yang mana club dia menjadi salah satu pengisi stand acara. momen yang menjadi turning point. setelah hari itu, kami saling bertukar pesan melalui line, saling menyapa ketika bertemu. wow effortku untuk membuat dia menyadari keeksistensianku agak-agaknya membuahkan hasil, ya?



november.

aku secara pribadi menilai bahwa diriku hypersensitive.

mudah terluka. tapi bahagiaku sederhana.
aku yang sedari dulu banyak berpikir, menjadi semakin banyak berpikir, hingga pada titik dimana aku merasa aku bisa meramalkan hal buruk apa yang akan terjadi.


pada suatu dini hari, sekitar pukul 4 pagi, aku hampir rasanya hampir mati. aku merasakan kesakitan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. aku gemetar, mata berkunang-kunang, keringat dingin, tidak kuat berjalan, nafasku memburu, lemas rasanya kakiku. aku yang terkapar di lantai kamar mandi, berusaha keras kembali ke kamar yang jaraknya tidak sampai 4 meter terasa seolah beratus-ratus kilometer jauhnya. 

loxonin datang menyelamatkanku. terimakasih loxonin!

pukul 8 pagi, aku ke kampus seperti biasa, seolah tidak ada apa-apa.



desember.

12月になった、今までいろいろあって

banyak hal yang terjadi semenjak kedatanganku ke negara ini, dan dalam kurun waktu tersebut, entah berapa kali aku menangis, sendirian. bukan karena sedih, tapi karena begitu frustasi dan marahnya, tapi tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya sehingga air matalah yang mewakilinya.

it would be nice to have someone to share with...
jadi aku sempat berpikir dan mencoba untuk menghubungi seseorang, yang sempat untuk waktu yang cukup lama, ada disisiku.

私と彼は昔のように親しくもなく連絡も長くしなかったから、もうダメ...かな?






I really wanted to hear someone say to me that I'd been improving, that I was good.


웃는 게 밝고 예쁜 아이로 기억되고 싶다던 내가 
'너 먾이 늘었어' '너 잘 해' 라는 이야기 '너무 수고했다' 라는 말 듣고싶다라는 생각을 진짜 먾이 했어 

인정받고 싶어





some may think time flies fast, but it took a long time. 

may I say that I worked hard?

may I say that I have done a great job this year?







Comments

Popular posts from this blog

そして、生きる

di pagi buta ini aku kembali membaca tulisan yang aku buat pada bulan Desember tahun 2014. dimana Rangga bilang, aku adalah anak yang gigih, karena selalu melakukan sesuatu yang disukai dengan 1000% usaha. Rangga adalah awal.  Pemilik Nirmala adalah proses.  dan aku akan menentukan akhirnya. Philip Dormer Stanhope, Earl of Chesterfield once said,   "It's important to have the ability to distinguish between impossible and possible..." melepaskan dan merelakan bukan berarti kegagalan. melepaskan dan merelakan juga bagian dari belajar. keberanian memang dibutuhkan untuk tetap bertahan. hanya orang-orang gigih dan penuh tekad yang mampu bertahan. tapi keberanian juga dibutuhkan ketika merelakan dan bergerak maju.  tidak mudah untuk memutuskan mengambil satu dua langkah ke depan dari tempat awal bertahan. terutama ketika ada begitu banyak perjuangan dan usaha yang dikerahkan untuk sampai di tempat itu. ada kalanya kita harus menyadari kapan waktunya untuk bertahan dan kap...

untuk Dany di surga

ini sudah hampir seminggu setelah kepergianmu... takkan selamanya, tanganku mendekapmu. takkan selamanya, raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang... lagu ini.. lagu yang dimainin pas Kirana kemaren. Waktu semuanya belum berubah. Waktu aku masih bisa ngeliat kamu ketawa. You’re gone too soon dan... Rest In Peace Dany Candra Kurniawan.  “Mas Dany kecelakaan mbak pulang dari Kirana kemaren. Meninggal.....” DANY? Kamu beneran udah meninggal? Aku nggak percaya. Aku nggak mau percaya. Bilang kalo mereka semua bohong soal kamu Dan! Bilang ke aku itu semua cuma bohong! Kamu masih sehat kan? Kamu besok masuk sekolah kan? Kirana kemaren kamu masih ngobrol sama aku. Kamu masih minta difoto sama aku. Kok secepet ini? Aku nggak percaya. Aku belum mau percaya. Tolong bilang kalo semua ini bohong... Nanti nggak ada yang bilang, “aku kan kereeeen” lagi di kelas. Nggak...

pulang ke rumah

Rumah? Sebenernya apasih yang bisa disebut rumah itu. Bangunan beratap dengan kasur bantal dan guling di dalamnya? Atau apa? Sebenernya apa yang bisa dan layak aku sebut sebagai rumah? Kriteria apa yang memenuhi untuk kemudian bisa disebut rumah. Dan ketika aku bilang, “I wanna go home,” sebenernya ‘home’ seperti apa yang ingin aku tuju? Walaupun aku masih belum mampu menjawab pertanyaan yang aku ajukan sendiri, aku rasa tidak semua tempat bisa disebut rumah, dan tidak semua tempat akan terasa seperti rumah. Dan aku pikir, kalian juga setuju. Masafin bilang, aku selalu susah buat diajak kumpul, merapat menuju keramaian dan gelak tawa. Masafin bilang aku ngga pernah berubah. Selalu aja bermasalah setiap ada kumpul-kumpul. Dia bilang aku selalu malas bersosialisasi, aku tidak mau hidup di luar duniaku, aku tidak mau berinteraksi selain dengan duniaku. Aku juga tidak tahu. Tidak tahu mungkin memang bukan jawaban yang diinginkan ketika ada pertanyaan. Tapi sejauh ini, a...