Skip to main content

jangan jadi annoying

Katanya ngga boleh ngegantungin kebahagiaan kita sama orang lain. Karena emang bahagia harusnya kita sendiri yang nyiptain. Mau milih bahagia atau bermuram durja juga murni pilihan kita sendiri.

Aku ngga peduli gimana kamu sama dia. Kamu bilang kamu udah diminta langsung buat jadi mantu sama orang tuanya juga aku ngga peduli. Kamu bilang kamu selalu diajakin kumpul sama keluarganya atau dia selalu diajakin kumpul keluargamu aku juga ngga peduli. Kamu sama dia saling panggil kakak adek kaya orangtua kalian juga aku seriusan ngga peduli.






Kalo udah ngomongin jodoh, udah aku angkat tangan. Seberharap apapun aku pingin masafin jadi jodohku, jadi temen hidupku di masa depan, jadi pendamping saat aku lanjut usia, seberharap apapun aku, itu cuma harapan. Aku ngga tau apa yang bakal Allah siapkan buat aku sama masafin. Entah nantinya bakal beneran jodoh (aaamiiiin) atau entah ternyata kami sudah punya jodoh masing-masing, disikapi dewasa ajalah, sama-sama berusaha, kalo memang bukan jalannya pasti dikasih yang lebih baik. Aku mungkin ngga pernah diajak kumpul sama keluarganya dan aku ngga pernah ngelakuin sebaliknya. Aku mungkin ngga pernah diajak main ke rumahnya dan begitu sebaliknya. Aku cuma pernah ketemu keluarganya sekali dan itupun bikin aku mendadak jadi penyandang tuna wicara. 


Aku ya pingin ketemu dan dikenalkan sama keluarganya. Aku ya pingin bisa secara langsung ngenalin dia sama ayah ibu. Aku ya pingin diajak main ke rumahnya. Tapi mungkin bukan sekarang. Semua ada waktunya, dan mungkin untuk hal itu bukan sekarang.


Masafin pernah bilang ke temennya, kalo di umurku yang sekarang, masih terlalu pagi buat ngomongin pernikahan. lagipula kuliahku juga belum kelar. Dan meskipun aku bener bener pingin dia jadi pasangan hidupku kelak, aku akui itu hal paling dewasa, paling benar, dan paling bijaksana yang patut dilakukan dalam menghadapi ketidakpastian.


Katanya buat apa pacaran kalo tujuannya bukan buat nikah kedepannya? Sekali lagi, seberapa besar harapanku dia jadi jodohku, kita masih sama-sama tidak tahu, sama-sama tidak pasti. seperti yang aku bilang ketika aku menjawab semua pertanyaan akan ketakutan kuliah di luar kota karena takut jauh sama pacarnya di semua kelas yang aku masuki waktu sosialisasi perguruan tinggi bareng IKPMJ, "pacarmu saiki gurung tentu dadi bojomu, rek, wes ta lah, sek umur belasan mikiri piye carane menghebatkan diri memantaskan diri ben awakmu pantes gae pasanganmu iku. Piye carane? Yo sinau sing pateng. Mbelani ga kuliah adoh mergo pacare, duh pas pirang ulan neh wis pedot. Isin rek mbek bung karno."

Kembali lagi ke kamu.
Kamu tanya sama aku, kenapa kok aku mau sih ditinggal tinggal terus. Loh? Apa karena dia pacarku terus dia harus selalu sama aku, apa kemana mana dia harus selalu ngajak aku? Atau aku ngga mau pergi kemana mana kalo ngga sama dia. Kan engga. Bukan karena mau ngga mau atau suka ngga suka. Kalo ngomongin suka ditinggal, ya siapa yang mau ditinggal terus? Tapi ya dilihat keadaannya juga lah. Ini udah menyangkut gimana kamu mengerti dan gimana kamu percaya. Masafin udah besar, udah pahamlah apa yang harus dan ngga harus dilakuin, udah dewasalah intinya. Ya punya hubungan sama orang yang lebih tua 6 tahun dari kalian memang ada konsekuensinya. Sering ditinggal mungkin, atau nanti bakal ditinggal ngerantau buat kerja. Aku ya ngga mau ditinggal, tapi kekanak kanakan banget kalo ngga ngebolehin dia ngelakuin sesuatu hal yang untuk masa depannya kelak? Seberapa pentingnya aku kok sampe aku boleh ngelarang larang dia?

Aku ngga peduli kapan kamu lulus. Kapan dia lulus. Kapan orang tua kalian mau nentukan tanggal buat kalian. Aku ngga peduli gimana setiap pembaruan sosial mediamu tentang bagaimana kamu sama dia dan keluarganya, foto-foto dan panggilan mesra, atau tentang bagaimana sayang dan cintanya kamu sama dia. Wah maaf banget, tapi aku bener bener ngga peduli.

Berhenti bicara yang ngga perlu diketahui banyak orang. Kamu bilang, ada temenmu yang iri sama kamu. Lah, ngga bisa disalahkan toh? Kalo kamu selalu cerita semacam itu, ya gimana ngga ngebuat orang, yang terutama belum punya pasangan, jadi ngga iri dan mengalami kecemburuan sosial sama kehidupanmu. Dan aku kasih tau ya, dari semua orang yang kamu pamerin gimana indahnya hubunganmu sama dia, ngga semuanya bener bener peduli. Beberapa mungkin akan bodo amat, aku salah satunya.

Satu lagi. Kalau kamu memang pingin tau keadaan dia, hubungi dia, jangan tanya aku. Aku ada dimana. Dia dimana. Dia ngapain. Dia sama siapa. Tanya sama dia. Jangan tanya sama aku. Jangan jadi annoying. Aku bukan asisten pribadinya. Aku punya banyak hal lain yang pingin dilakuin selain ngamatin tingkah lakunya. 


That's all.
Thankyou for your consideration.

Comments

Popular posts from this blog

canggung

Ternyata adanya jarak dan waktu yang mengisi kekosongan bisa menciptakan emosi yang dinamakan canggung. Aku sebenernya nggak tau sih, apakah canggung ini bisa dikategorikan sebagai bentuk emosi. Tapi ya, menurutku termasuk, karena melibatkan perasaan dan pemikiran. Hati dan otak turut serta dalam membentuk suasana ini. Aku pernah punya teman-teman akrab. Akrab sekali. Sampai semua hal aku ceritakan. Sampai tidak ada hal yang terlewatkan untuk aku sampaikan. Akrab sekali sampai hampir selalu bersama. Tapi kemudian terpisah dan berakhir canggung ketika akhirnya bertemu kembali. Jarak yang membentang mengisi kekosongan dan muncullah rasa itu. Canggung. Dulu, sih, inner circle. Sekarang?  Mohon maaf. あのう、すみませんが、今ちょっと…。 違うよ! Aku tidak menyalahkan jarak. Karena jarak sebenarnya tidak akan berarti jika diisi dengan komunikasi yang baik. Tapi aku tidak pandai menjaga komunikasi. Satu per satu teman akrab berakhir menjadi teman yang pernah akrab. Kalo lagi senggang aja bar...

semua akan ada waktunya

When you feel exhausted, don't hold back, it's okay to be down -orange- Sedang musimnya tertekan dan depresi melihat teman-teman seangkatan satu per satu mulai menyelesaikan kewajibannya di kampus. Sedang musimnya iri melihat raut bahagia teman-teman yang berhasil menanggalkan status mahasiswanya. Sedang musimnya mengeluh dan sambat karena penelitian dan skripsi belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sedang musimnya muak akan pertanyaan "semester berapa" "kapan sidang" "kapan wisuda"

Rangga Adriatmoko

Cause as long as you keep it as a secret, it’s gonna be okay... Aku melihatmu mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak dengan perpaduan warna merah-hitam-putih, celana jeans hitam serta sepatu kets putih dan menenteng sebuah gitar listrik. Sepertinya, kamu sedang bersiap-siap untuk naik ke atas panggung.  Aku terpaku.  Ah, kamu tampak begitu tampan.  Kau tampaknya memang bukanlah sosok yang pantas untuk diabaikan. Dan aku, tak sedikitpun mengalihkan padanganku ke arah lain selain ke arahmu. Tak peduli seramai apa suasana disini, yang aku ingin hanyalah memandangmu.  Iya, cukup kamu. Tepuk tangan riuh mengakhiri penampilanmu yang memukau itu. Semua penonton bersorak-sorai meneriakkan namamu. Dari atas panggung itu, kulihat kamu tersenyum, tersenyum manis sekali. Aku menatapmu lama.  Pikiranku sepenuhnya tersedot oleh asa tentangmu.  Aku terhipnotis.  Kamu tahu, bagiku, tak ada yang lebih indah dibandingkan dengan ini. Bahkan hingga kamu meletakkan gitarm...