Skip to main content

DI ANTARA MIMPI DAN PERSIMPANGAN

You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one.

Bicara soal mimpi, aku rasa semua orang ya pasti punya mimpi. Dari mimpi yang paling sepele sampe mimpi yang digapaipun rasanya nggak bakal mungkin kesampean. Aku inget, dulu, aku pernah debat sama seseorang, kalo nggak salah sih itu udah 2 tahun yang lalu, waktu aku kelas 1 SMA. Perdebatan antara seorang pemimpi yang idealis dan seorang pemimpi yang realistis. Aku udah lupa gimana endingnya, pokok seingetku, aku sama dia sama-sama nggak mau ngalah, sama-sama keras kepala dan ujungnya kita kembali kepada kepercayaan masing-masing soal mimpi itu sendiri. Baru sadar sekarang kalo debat tiada ujung kaya gitu bener-bener buang-buang waktu.

Mimpimu ya mimpimu. Mimpiku ya mimpiku. Dan apapun itu, kamu sama sekali nggak berhak buat ngelarang aku bermimpi. Silahkan aja ketawain mimpiku. Silahkan aja remehkan mimpiku. Tapi lihat nanti, aku pasti bakal ngebungkam mulutmu itu waktu aku berhasil ngerealisasikan mimpiku. That’s called sweet revenge. Kalo kata Rangga, ini namanya balas dendam. Balas dendam yang positif.

Terlepas dari aku yang miss sleepyhead dan selalu dihiasi bunga tidur yang aneh-aneh nan imajinatif. Nggak tau kenapa tiba-tiba pengen ngebahas soal mimpi (bahasannya rada sotoy sedikit, yaaah namanya juga asumsi pribadi). Mungkin karena sekarang udah bulan Desember, yang mengingatkan kalo tahun 2014 sudah tinggal hitungan hari, dan..............SNMPTN 2014 sudah di depan mata. kuampret, ini nggarai galau.

Kalo ditanya mimpiku apa...... aku mungkin bingung njawabnya. Bukan karena nggak punya mimpi. Tapi karena aku punya begitu banyak mimpi sampe aku bingung sendiri mau nyebutinnya dari ujung yang mana dulu. Aku bermimpi aku punya pintu kemana sajanya doraemon, biar aku bisa pergi kemanapun tanpa ngabisin bensin seliterpun. Aku bermimpi menjadi putri dan Rangga menjadi pangerannya, kemudian kita hidup bahagia selamanya seperti di dalam dongeng-dongeng pengantar tidur. Aku bermimpi negara ini bebas dari korupsi dan kemiskinan.



Mimpiku banyak, dan kalo di skala prioritaskan, mimpi terbesarku sekarang, bisa jadi mahasiswa institut gajah itu. aku bisa nggak ya? bisa nggak?

setiap orang berhak punya mimpi, mau diwujudkan atau enggak, ya itu urusannya.

Aku lagi galau beradhhhhhhzzzz. Sengaja alay biar kalian tau betapa galaunya aku. Akhir tahun gini ada begitu banyak berita buruk. Mulai dari UN yang awalnya 4 hari, entah kenapa dijadikan 3 hari. Bertahun-tahun kemaren UN 4 hari lo fine-fine aja, kenapa pas tahunku kok dirubah jadi 3 hari? Kenapaaaaahhhhh? Sedih kan. Trus yang beritanya UN dijadikan penilaian kelulusan SNMPTN, makanya tahun ini bobot kesulitannya bakal ditambah 25% soal SBMPTN. GILA! INI GILAAAAA!!! Aku ngerjakan soal tryout SBMPTN sampe kudu muntah gitu, hasilnya bahkan nggak nyampe 20. Kenapa pula sekarang harus diselipkan ke soal UN sih? Pemerintah kok jahaattttt. Masak nggak puas tahun kemaren UNnya udah gagal nasional, masak di tahunku mau diulangi lagi? Trus yang pilihan jurusan SNMPTN yang awalnya 4, dikurangi jadi 3. Wong waktu pilihannya 4 aja udah gualau parah harus milih apa, eeeeh ini malah dikurangi jadi 3. Tujuannya apa cobaa haaaaaa??? Apalagi dengan banyaknya universitas yang nggak mau dijadikan pilihan kedua. kalo semua-semua pada nggak pengen dijadikan pilihan kedua, lah terus aku kudu milih uopoooooo? Belum lagi di berita-berita pada bilang kalo SBMPTN dijadikan sehari aja. Puh gileeee. Bener-bener nggak paham sama maunya pemerintah. Plis pak menteri, plissss. Ini sudah keterlaluan paaak!!!!

Oke, disudahin curcolnya.

Kembali ke bahasan kita.
mimpi.

Hampir semua motivator bilang, kalo hidup itu berawal dari mimpi. 17 tahun ini aku hidup dipenuhi mimpi. Percaya atau enggak, hidupmu bakal super duper garing tanpa hal yang selama ini kita sebut mimpi. Belum paham? Butuh penjelasan? Oke. Karena aku baik, aku kasih contoh deh ya. Sederhana aja.
Misalnya.
Kamu sekarang lagi duduk di bangku kelas 3 SMA. Mimpimu bisa lulus dengan UN nilai terbaik, bukan cuma se provinsi, tapi se Indonesia. Iya, mimpimu dapet rata-rata UN terbaik se-indonesia. Biar bisa ketemu presiden, biar bisa masuk koran, biar jadi anak beken. Trus yang bakal kamu lanjutin selanjutnya ya kamu belajar giat. Rajin dateng les. Rajin ngerjakan latihan soal. Disaat anak lain sedang nulis blog nggak penting kaya yang lagi aku lakuin sekarang, kamu justru berkutat sama tumpukan buku-buku sama soal-soal. Dan pas pengumuman UN, ternyata semua kerja kerasmu kebayar habis. pake stempel LUNAS di bon pembayarannya (maaf ini yang nulis lagi mabok). Mimpimu terwujud. Seneng? Iyalah seneng.

Nah, bayangin aja kalo kamu nggak punya mimpi buat jadi peraih rata-rata UN tertinggi se-Indonesia, mana mungkin kamu bakal usaha sekeras itu ya kan? Buat kamu mah yang penting lulus dan nilainya nggak jelek-jelek amat. Urusan ntar dapet nilai UN bagus ya itu dianggep bonus. Udah gitu aja. Selesai. Nggak bakal ada gregetnya. Disitulah gunanya punya mimpi. Disitulah gunanya punya target. Mereka menuntunmu menuju pengharapan yang lebih tinggi. Kaya arti namaku, Nadia Aliyatul Izzah yang berarti pengharapan (pemberi harapan) yang tinggi dan mulia. tsaaaahhh. Ini sudah mulai gak nyambung sama bahasan.
Nah, nah, nah! Apalagi nih, kalo pas dalam prosesnya, kamu diremehin orang, wuuuusshhhh kamu bakal makin on fire buat ngebuktiin kalo kamu nggak kaya yang orang itu pikirin. Setuju kan? :)

Cuma sayangnya nggak bakal segampang itu buat ngewujudkan sebuah mimpi. Seorang juara sejati nggak pernah langsung ‘cling’ jadi juara tanpa tetes peluh perjuangan. Kamu jangan ngarep nantinya cuma lewat jalan lurus aspalan aja, soalnya nanti kamu juga bakal kepleset, kesandung, jatuh, nggelundung atau bahkan ndlesep gara-gara jalanan yang nggak rata. Kalo yang kebiasa mainnya di kolam cetek, tiba-tiba dapet giliran yang mau nggak mau kudu dicemplungin ke laut dalem dan ternyata nggak bisa berenang, ya...kesilem. Bye bye wes.

Sebanyak apapun kamu jatuh nantinya, ingatlah untuk selalu bangkit lagi. Kamu cuma kesandung, cuma jatuh, masih bisa berdiri lagi, masih bisa bangkit lagi.

Kamu nggak akan dicap gagal selama kamu masih berusaha.

Seperti yang aku ceritakan di awal tadi. Aku punya begitu banyak mimpi. Hidupku diwarnai khayalan dan imajinasi tingkat tinggi. Setiap menit detiknya pasti bakal adaaa aja sesuatu yang ngebuat aku merangkai mimpi-mimpi baru. Semenjak kenal Rangga, aku mulai memutuskan mengikuti caranya untuk membuat daftar mimpi. Mencatat dan menomeri mimpi-mimpi itu. Mengaturnya dalam skala prioritas. Serta memberi tanda pada mimpi-mimpi yang sudah terealisasikan. Kemudian menempelnya di tempat pertama yang aku lihat saat aku bangun tidur yang juga sekaligus tempat terakhir yang aku lihat sebelum aku pergi tidur. Itu caraku supaya aku selalu ingat mimpiku. Mereka akan mengingatkanku untuk segera merealisasikan mereka. Semua. Secepatnya.

Dan aku sekarang sedang dalam perjalananku menuju mimpiku. Di depanku banyak batu kerikil, banyak duri. Jalan yang aku lewatin nggak gampang. Gile jalannya jelek banget. Kalo tau bakal ngelewatin jalanan offroad kaya gini tau gitu pinjem jeep dobel gardan punyanya oom David, nggak perlu jalan kaki gini, nggak pake sandal lagi.....bikin kakinya pada berdarah semua kan.

Aku sekarang ada di persimpangan. Entah jalan mana yang musti aku pilih. Aku bingung. Semua tikungan terlihat meyakinkan dan meragukan pada saat yang sama. Masing-masing dipenuhi kabut. Misterius. Aku nggak tau jurangnya ada di tikungan yang mana. Aku nggak tau tikungan mana yang seharusnya aku ambil supaya aku lekas sampai tujuanku. Tolongin aku...... kalo aku bisa nelpon 119, aku bakal nelpon, tapi ini masalahnya aku lagi nggak punya pulsa (apane nad). Aku nggak tau harus ngambil jalan aman atau nekad ngambil resiko. Aku bingung. Tolongin.....

Orang bilang, sah-sah saja bermimpi setinggi langit, tapi harus tetap ingat sama kemampuan diri sendiri. Nggak boleh memaksakan diri kalo memang nggak mampu. Kalo kasarannya itu kudu tahu diri. Terkadang, kamu akan terlihat tidak tahu diri ketika kamu sedang dalam usahamu meraih mimpimu itu. Sampe orang lain menyadarkanmu dan bilang, “nggak usah ngarep lebih deh.....”. sakit ngedengernya. Iya, sakiiiit. Kaya diiris-iris gitu.

Dibilangin kaya gitu jelas bikin down. Terpuruk itu boleh-boleh aja. Normal. Manusiawi itu mah. Tapi kata Rangga, aku ini anak yang gigih. Maka selanjutnya yang perlu aku lakuin adalah bangkit berdiri dan melanjutkan perjalanan. Mau ntar jalannya sampe mbrangkang kaya anak bayipun, yang penting aku kudu usaha dulu. Punya mimpi itu bagus, punya kemauan kuat itu lebih bagus, dan kalo mau berusaha keras itu jauuuuh lebih bagus lagi.

Ketika orang lain berusaha menjauhkanmu dari mimpimu, ketika orang lain berusaha menjatuhkanmu, semua hanya tinggal seberapa kuat dan teguhnya kamu untuk mempertahankan mimpi itu.

Capek boleh, tapi nggak boleh nyerah, nggak boleh berhenti berusaha. Jalan aja, pelan-pelan. Jangan langsung lari, pelan-pelan. Orang jawa sih bilangnya, “alon-alon sing penting kelakon”. Jos?

Karena yang penting bukanlah seberapa besar mimpi kamu, tapi seberapa besar usahamu untuk mencapai mimpi itu Andrea Hirata

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ingin berhenti

Tulisan pertama di tahun 2020 berisikan tentang luapan amarah yang tidak pernah tersampaikan kepada yang bersangkutan, tentang harapan yang entah kapan akan terwujudkan, tentang keputusasaan dan ketidakpercayaan diri yang terakumulasi dengan sangat baik. Aku marah kepada dunia. Aku marah kepada diriku sendiri. Kenapa sih manusia selalu SARA. Lemah lalu menyalahkan gender. Umur lantas menentukan bagaimana bersikap. Dan lain-lain.. Kalau lemah, ya lemah aja. Jangan bawa-bawa “aku kan cewek” untuk membenarkan ketidakberdayaan. Kalau memang enggan, ya bilang tidak mau, jangan bawa-bawa “bukan umurku melakukan ini”. Kalau tidak tahu diri, ya jangan bawa-bawa “aku sudah tua, kamu harus menghormati dan menurutiku. Aku berhak memerintahmu” untuk membenarkan kesemena-menaan. Kalau tidak tahu malu, ya jangan bawa-bawa "Aku kan bukan orang jawa" untuk memenuhi keegoisan. Ada batasannya. Garis batas yang begitu tipis.

2020: Penutup

Everyone carries their own burdens. Aku pikir bukan hanya aku, tapi semua orang juga merasakan, bahwa tahun ini adalah tahun yang cukup sulit. Setiap orang berusaha sangat keras dengan kemampuannya masing-masing untuk tetap hidup dan bernafas.  Aku ingin bercerita. Membagi kisah. Membagi beban. Tapi aku pikir aku tidak pantas mengeluh pada orang lain ketika orang lain juga memiliki kisah dan beban. Aku mencoba menahan diri agar tidak mengeluh, karena semua orang juga memiliki keluhannya masing-masing, bahkan lebih berat daripada milikku.  Aku pikir aku adalah orang yang mampu bertahan dengan sangat baik. Aku pikir aku adalah orang yang cukup lihai untuk beradaptasi dengan keadaan sulit. Aku pikir aku akan baik-baik saja. Ternyata tidak. Aku tidak baik-baik saja. Cukup banyak aku menangis, sampai kering air mataku. Aku pikir setelah tangisanku berhenti, aku akan kembali baik-baik saja.  Tapi ternyata tidak.  Aku sudah berteriak penuh amarah, sampai kering tenggorokank...

no, you're not alone

The problem is you wanna be alone, but you don’t wanna be lonely. Ada saat-saat dimana aku ingin menarik diri dari kehidupan sosial yang penuh dengan kepalsuan, lalu memilih menghabiskan waktu seorang diri. Bersenang-senang dengan dunia fantasiku sendiri lebih membahagiakan daripada harus mengenakan topeng dan berpura-pura ramah kepada semua orang. Tetapi di saat itu pula aku ingin ada seseorang yang mendekatiku dan bertanya, “ada apa?” “kamu kenapa? Sini cerita” kepadaku yang skeptis dan overthinker ini. Tentu saja aku tidak akan langsung serta-merta menceritakan semua yang mengganggu dan memenuhi pikiranku. Tentu saja pula aku akan menjawab “aku tidak apa-apa” kepada seseorang yang telah merelakan detik berharganya untuk bertanya bagaimana keadaanku. Ketika sekolah menengah pertama, aku mengenal seseorang. Selama tiga tahun berturut-turut kami ada di kelas yang sama. Aku bahkan menangis haru ketika upacara pelantikannya sebagai ketua OSIS saat...